Lubuklinggau Tak mudah merubah sikap manusia pada lingkungan sekitar apalagi pada komunitas masyarakat. Akibatnya perubahan cuaca akhir-akhir ini makin menimbulkan dampak yang merugikan bagi semua orang. Salah satu yang saya ambil contoh adalah soal banjir.
Kita dimanapun dengan mudah membuang sampah ke sembarang tempat, menutup lahan kosong dengan plester semen, menimbun rumput dengan aspal, menutup atas sungai dengan bangunan, menjual sawah diganti perumahan dan banyak ragam lainnya.
Menurut saya banjir memang bencana tapi bila hal itu sudah disertai upaya dan cara penanggulangan yang optimal. Bila yang terjadi belum ada upaya bahkan kita semua berkontribusi atas banjir itu, bukan bencana tapi KECEROBOHAN manusia.
Yang paling bertanggung jawab tentu pemerintah yang tidak bisa menggerakkan, mengisi dan mengajari warganya bagaimana memelihara lingkungan. Segala rupa kebijakan mulai dari UU, PP, Permen sampai Perda seperti hanya hitam diatas putih saja.
Hampir tiap kabupaten/kota mengalami banjir meski diwilayah itu ada sungai, kanal, waduk atau area sawah sangat luas. Tak heran bila di pusat kota bahkan Jakarta, air hujan tak akan tertampung sebab tak ada sejengkal tanah tempat meresapnya air.
Anak Buang Sampah pada tempatnya |
Jangan berharap 5 tahun ke depan berita banjir di media TV atau cetak akan berkurang 50 persen bahkan bisa sebaliknya, meningkat. Banjir dimana-mana tapi masih saja sibuk membela koruptor, menaikkan gaji, membeli pesawat dan lainnya.
Yang cuma bisa saya lakukan, mengajari anak membuang sampah pada tempatnya dimanapun dia berada. Bila tak ada sampah, anak-anak harus kantongi atau tenteng sampah itu sampai ketemu tempat sampah. Baru sebatas itu tak lebih.
Nama: Adib |
Sedang membuang sampah bungkus roti yang baru saja dia makannya |
0 komentar:
Posting Komentar