Minggu, 11 Agustus 2013

Buta Warna Parsial Yang Menjadi Batu Sandungan Ku



Buku Ishihara

Akhir-akhir ini saya lebih tertarik untuk posting tentang sepenggal perjalanan hidup saya, setelah memposting Pengalaman Pengurus Paspor. kali ini saya posting tentang Buta Warna Parsial Yang Menjadi Batu Sandungan Ku.
Buta warna merupakan sebuah keadaan dimana seseorang tidak dapat mengenali warna secara total (Akromatisme), ataupun sebagian (Diakromatisme). Buta warna total merupakan sebuah keadaan dimana seseorang tidak dapat mengenali warna sama sekali (semua warna dilihat sebagai tingkatan warna hitam, putih, dan abu-abu). Dan buta warna tertentu atau dikenal dengan istilah buta warna parsial (ketidak mampuan untuk membedakan warna-warna merah dan hijau). Secara garis besar penderita buta warna parsial tidak dapat diketahui tanpa pemeriksaan khusus melalui test warna (ishihara test), karena dalam kehidupannya sehari-hari penderita buta warna ini umumnya tidak mengalami masalah dalam mengenali warna. Namun hal ini akan berbeda ketia orang tersebut dihadapkan dengan buku test warna. 

Dalam hal ini saya termasuk penderita Buta Warna Parsial (saya sulit membedakan warna merah-hijau dan hijau-kuning). Buta Warna Parsial tidak bisa disembuhkan kecuali terapi, itupun jarang sekali berhasil. Menurut beberapa artikel yang saya baca, penderita Buta Warna Parsial kebanyakan laki-laki. Penyebab Buta Warna Parsial sebagian besar faktor keturunan (gen). Seperti yang sudah disebutkan diatas, saya tidak merasa ada gangguan atau kesilitan dalam kehidupan sehari-hari. Kecuali dihadapkan dengan
Buku Ishihara (buku khusus untuk tes buta warna).

Saya baru mengetahui kalau saya menderita Buta Warna Parsial ketika saya mengikuti tes kerja di PT. Sumber Cipta Multiniaga (distributor resmi produk Rokok Djarum) cabang Jambi. Waktu itu saya mengirim lamaran melalui Kantor Pos dari Kota Lubuklinggau (Sumsel) ke Kota Jambi, seminggu kemudian saya ditelpon dari kantor Djarum untuk mengikuti Test Psikologi. Bersama 7 orang teman yang masing-masing berasal dari Kota Curup (Bengkulu) 2 orang, Kota Kepahiang (Bengkulu) 2 Orang, dan 4 orang dari Kota Lubuklinggau (Sumsel). Dari Lubuklinggau ke Jambi membutukan waktu kurang lebih 7 jam perjalanan. Setiba di sana kami langsung minta diantarkan ke Hotel untuk nginap, di Hotel Mandamin yang terletak di daerah Thehok Jambi itulah tempat kami nginap. Memilih hotel itu karena dekat dengan Kampus Stikom Jambi.

Jam 7 pagi kami sudah keluar dari Hotel untuk mencari sarapan, selesai sarapan langsung berjalan ke Kampus Stikom. Kampus itu masih sangat sepi, hati saya sedikit tenang karena kemungkinan pesertanya tidak terlalu banyak. Ketika tes Psikologi akan segera dimulai. Alamaaaaak...! banyak sekali pesertanya waktu itu ada kurang lebih 250 peserta tes yang berasal dari berbagai kota, ada yang lulusan SMA/SMK, D3 dan S1. Otomatis saya langsung Ciut, “Wah... bakalan tersingkir nih, sedangkan saya hanya lulusan SMK!”. Fikir saya dalam hati.

Test Psikologi dimulai, tahap demi tahap telah dilalui. Akhirnya jam 2 siang tes berakhir, untuk melihat hasil tes, besok pagi kami harus datang langsung ke Kantor Djarum (Saya lupa nama daerah tempat Kantor itu).
“Oke deh, pokoknya besok lulus gak lulus kita datang dengan pakaian yang rapi, siapa tau lulus langsung interview”. Saya berkata sama teman-teman.

Banyak teman yang sudah down karena tidak percaya mereka akan lulus, tapi saya bujuk untuk datang kesana. Pagi itu, bersama teman kami menyewa 1 angkot untuk mengantarkan kami ke kantor Djarum. Sampai disana, peserta sudah berkumpul di depan pos security. Ada yang langsung pulang, ada yang masih menunggu, wajah senang, sedih, kesal. semuanya terlihat disana. Dengan langkah yang tergesa-gesa saya menerobos kerumunan orang untuk mengambil posisi didepan, saya masih ingat nomor peserta saya yaitu 56. Mata mulai menelusuri kertas putih yang tertempel di kaca pos security itu. Di urutan ke 13 saya menemukan nama saya Rahman Yasir dengan tanggal lahir dan nomor peserta yang sesuai. Saya lanjut menelusuri sampai angka terakhir, hanya ada 24 peserta yang lulus tes Psikologi itu dan hanya ada 1 peserta S1 yang lulus. Senang sekali rasanya, Perjuangan saya tidak sia-sia. Dari 7 orang teman saya yang lulus hanya 5 orang termasuk saya.

Lanjut ke interview bersama Bu Serenia psikolog lulusan dari Universitas Indonesia. Saya lebih tenang dalam babak interview ini, karena disinilah saya bisa menjual diri saya. Interview berjalan lancar saya sangat yakin kalau saya akan lulus di tahap ini. Interview selesai hasil interview akan diumumkan 2 minggu lagi, kami dipersilahkan untuk pulang ke daerah asal.

Kira-kira 10 hari setelah interview, teman telpon saya mengabarkan kalau dia lulus tahap interview. Hati saya jadi tak karuan, karena saya belum ditelpon. Dan sore harinya Alhamdulillah saya juga ditelpon. Dari 24 peserta ternyata hanya ada 8 orang peserta yang dinyatakan lulus tahap interview. Saya, 3 orang teman dari Curup dan Kepahiang dan 4 orang dari Jambi. Kami datang ke Jambi lagi untuk tes interview ke dua. Alhasil saya dan 7 orang lainnya semuanya lulus lanjut ke tes MCU (Medikal Check Up). Tanpa ada rasa khawatir dalam tes ini, karena saya merasa tidak ada penyakit yang berat, kecuali Maag dan sering Migran.

Ruang Tunggu Prodia Cab. Jambi
Datang ke Prodia cabang Jambi. Disitulah kami tes kesehatan, saya nomor urut ke 2 untuk tes itu. Mulai dari ngisi data, cek darah, cek urine, cek kotoran, masuk ruang radiologi untuk cek paru-paru, cek jantung, cek plus minus mata, dan terakhir tes buta warna. Saya dihadapkan dengan buku Ishihara, diminta menybutkan angka-angka yang ada dalam bunderan  yang terdiri dari bebrapa kombinasi warna itu. Halaman pertama dengan jelas saya melihat angka 12, di halaman-halaman selanjutnya saya tidak bisa melihat apa-apa , hanya ada warna yang tidak beraturan yang saya lihat. Mata saya berkunang-kunang, nafas saya sesak, dan keringat dingin mulai bermunculan di balik baju. Akhirnya dokter itu angkat bicara.

“Dek, kamu mengalami Buta Warna Parsial.”
Dunia terasa mau kiamat, badan saya terasa kecil sekali, dinginnya AC tidak saya rasakan lagi, hati saya rasa dicabik-cabik, air mata tak terasa mengalir dikedua pelipis saya. Terdiam seribu bahasa. 

Dalam hati saya berkata “Ya Allah, haruskan aku terhenti sampai disni? Apakah Engkau tidak mengizinkan aku untuk bekerja di Perusahaan itu. Semua aku serahkan pada Mu, yang aku pinta ‘Beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini’. Mak, sepertinya aku akan gagal. Keinginanku tertunda lagi”.

Melihat saya terdiam dokter itu seakan mengerti perasaan saya dan dia mulai berbicara lagi.
“Dek, ini karunia  Tuhan. Kalau kamu gagal, tolong jangan berhenti sampai disini. Kamu masih muda, perjalanan masih panjang. Saya tidak berani bantu kamu, karena kalau ada  apa-apa saya yang akan di proses.”

“Iya bu, gak apa-apa. Mungkin ini bukan jalan ku.” Jawab saya dengan nada yang berat.

“Saya lihat data kamu lulusan SMK, emang gak dites waktu mau masuk SMK? Biasanyakan ada tes butawarna untuk anak SMK”

“Gak ada bu, hanya ada tes tertulis aja”
“Nanti saya rekomendasikan ke keperusahaan, mungkin Buta Warna Parsial bisa diterima diperusahaan itu. Tapi tergantung perusahaannya mau terima atau tidak, kamu tunggu aja hasilnya”

“Iya bu, terimaksaih atas bantuannya”. Jawab saya agak sedikit lebih tenang.
Saya keluar dari ruangan itu dengan wajah yang semeraut kusut lesu dan pucat. Memutuskan untuk langsung pulang ke Lubuklinggau juga bersama 2 orang teman saya. Seminggu telah berlalu, pagi itu teman telpon saya mengabarkan bahwa dia lulus. Hati saya kembali berkecamuk, saya telpon ke nomor kantor Djarum itu. Ternyata saya memang TIDAK LULUS KARENA BUTA WARNA PARSIAL.

“Ya sudah ini bukan jalan ku. Mungkin Tuhan tidak mau aku bekerja sebagai pendistributor rokok. Dan mungkin Tuhan tidak mau aku bekerja dengan gaji 5 juta per bulan itu.” Ucap saya untuk menghibur diri.

Itulah bagian dari cerita perjalanan hidup ku di bulan Maret 2013 lalu. Tenyata dibalik mata sipit ini tersimpan Buta Warna Parsial. Dan itu menutup akses ku untuk terjun ke dunia teknik dan dunia kerja di perusahaan. Mungkin, Tuhan menginginkan aku untuk mandiri membangun usaha sendiri.
Thank’s buat sobat blog www.yasirnoman.blogspot.com yang udah baca cerita ini, semoga ada hal baik yang bisa diambil dari kisah kegagalan ini.

Salam Penulis
Rahman Yasir

7 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamualaikum mas rahman :)
tulisannya menginspirasi..
teman dekat saya juga mengalami hal serupa dengan mas rahman..bahkan walaupun dia tau kalau dia bw parsial tetep aja nekat daftar di perusahaan, dan selalu gagal pada medical check up.. :)
semangat yaa buat mas rahman..

Rahman Yasir mengatakan...

Waalaikumsallam...
Makasih ya udah baca tulisan2 aku,, smoga bermanfaat...

Anonim mengatakan...

terima kasih atas inspirasi yang abang berikan..

Saya tidak akan menyerah...

Karena saya juga mengalami buta warna parsial, sebelum saya tw saya sempat mengikuti ujian masuk PTN USU..
Saya masuk di jurusan fisika..
Tapi karena buta warna parsial saya di pindahkan ke jurusan statistik...

Hati saya merasa sangat terpukul..

Tpi karena cerita abang saya menjadi semangat kembali...

Terima kasih ya baNg

Supaya terjalin keakraban sesama buta warna parsial.. Saya minta nama fb abang...
Klw tidak add aja di
Payan hariandi lumbanraja..
Atau
payanandi@gmail.com

Candra D Febriana mengatakan...

Dear Mas Rahman

pepatah bilang bahwa, ketika pintu tertutup maka tuhan akan membuka pintu dan jendela lain, jangan menyerah dan terus lah berusaha, saya skarang bekerja di bawah PT SCM juga, namun sebeum itu sempat loncat loncat diberbagai perusahaan, semoga segera bertemu jodoh yang tepat :)

lihatwarna.com mengatakan...

Berbagi informasi tentang buta warna dan bagaimana mencari solusinya

Unknown mengatakan...

menginsfirasi, pasangan saya juga mengalaminya. semoga dia pun menemukan solusi seperti abang. aamiin..

Unknown mengatakan...

terimakasih menginsfirasi sekali. pasangan saya juga mengalaminya. dia pun lulusan SMK, semoga dia pun cepat menemukan solusi seperti anda. aamiin.
kalian berbeda kalian special.