Www.yasirnoman.blogspot.com |
Kisah
ini tentang perjalanan seorang pemuda yang begitu mencintai seorang wanita
teman kuliahnya. Kisah yang saya tulis ini berdasarkan cerita masalalu, ceita
yang sedang dialami dan cita-citanya di kemudian hari. Semoga sobat pembaca Www.yasirnoman.blogspot.com
terhibur dan bisa memberi inspirasi dan motivasi
Rio, itu
nama panggilannya seorang anak kampung yang sejak lulus Sekolah Dasar sudah
sekolah jauh dari orangtunya. Diusianya yang ke 13 tahun dia sudah bisa hidup
mandiri, Rio merasa akan lebih betah kalau dia hidup seorang diri daripada
harus berada dirumah yang keadaannya broken home, Ayahnya menikah lagi dengan
wanita lain.
Dikota kecil tempatnya sekolah, Rio baik-baik saja. 6
tahun di kota lecil itu Rio akhirnya menyelesaikan Wajib belajar 12 tahunnya.
Rio memutuskan untuk melanjutkan kuliah, kalau dari materi keluarganya tidak
begitu berkekurangan . tapi Rio tak begitu mengenal kasih sayang orang tua,
terutama dari sang Ayah.. Dia hanya mendapatkan kasih sayang dari teman dan ibu
kos-kosannya saja.
Kali ini tempat kuliahnya agak lebih jauh, karena sudah
beda Provinsi. Di sebuah Universitas swasta Rio kuliah kesehatan jurusan
Analis. Awal perkenalan kampus Rio bertemu teman-teman yang tidak biasa seperti
teman-teman lama ketika dia sekolah di Kota kecil dulu, kali ini teman-temannya
hampir rata-rata anak orang kaya setidaknya menengah keatas, gaya hidup glamor
mau tak mau dia turuti kadang walau harus memaksakan diri untuk ’ada &
bisa’. Bukan berarti Rio lupa diri tapi hanya untuk menyesuaikan diri dengan
teman-temannya. Diantara temannya itu ada seorang cewe cantik, berkulit agak
gelap namun tak bosan dipandang, mata bulat, bibir tipis dan berbicara lemah
lembut, Desty nama sehari-harinya. dia keturunan jawa dan juga anaknya
orang yang boleh dikatakan serba ada
namun dia tak sombong. Rio menyukainya, begitu kagum Rio terhadapnya. Tapi rasa
takut dan tak percaya diri yang membelenggu hatinya sehingga cinta bertepuk
sebelah tangan, hanya perhatian yang bisa Rio berikan, dan tentu saja Desty
menganggap itu bisa-biasa saja, wajarlah sebagai teman.
Minggu itu di acara ulang tahun temannya, mereka
berkumpul. Masing-masing
membawa pasangan, termasuk Desty. Namun tidak dengan Rio..
”Haii.. wah pada
cantik-cantik ya hari ini, hmmm Desty, itu pacarmu ya.” tanya Rini dengan Desty.
“Iya doonk.. ini cowo yang sering aku ceritakan sama
kalian.” Jawab Desty.
”Rio, pacar kamu mana?” Tanya Desty.
“Pacar? Ada, dinegri
impian belum bisa aku ajak.” Jawab Rio dengan
hati yang tersayat. Dalam hatinya bergumam. “Wanita dinegri mimpi itu adalah
kamu Ty, kamu tak pernah mengerti perasaan aku”.
Acara pesta selesai mereka pulang kerumah masing-masing,
Rio melangkah dengan hati yang gundah gulana memikirkan sang pujaan hati
bersama orang lain.
Sampai mereka selesai kuliah Rio tak pernah ada
keberanian tuk mengungkapkan rasa yang paling penting dalam hatinya itu. Harapan seakan putus, selesai kuliah Rio Memutuskan untuk
pergi jauh dari kehidupan Desty. Dengan bermodalkan Ijazah D3-nya Rio mencoba
mengadu nasib di sebuah kota industri, banyak juga orang menyebut kota itu ”The
Singapore of Indonesia”. Dengan kesungguhan hatinya akhirnya Rio mendapatkan
pekerjaan. Rio diterima di sebuah Rumah Sakit dengan gaji yang lumayan untuk
bujangan seperti dia.
Disurat kabar sore itu Rio melihat ada sebuah lowongan
untuk lulusan Analis, dia terfikir teman-teman lamanya mungkin ada yang belum
mendapatkan pekerjaan. Orang pertama yang Rio hubungi adalah Desty dan Rini,
ternyata mereka memang belum mendapatkan pekerjaan.
Desty dan Rini menyetuju ajakan Rio, berharap Rio lah
yang melindungi mereka. Rio begitu bahagia mendengar mereka mau untuk datang ke
tempat Rio, tentu saja mereka menjadi sangat akrab. Namun masih saja Rio
menginginkan Desty, sampai suatu saat
Rio nekat memberanikan diri tuk mengungkapkan kata-kata paling penting itu.
”Ty, jalan yok daripada bengong dirumah”. Bujuk Rio.
”Emang mau jalan ke mana?” Jawab Desty.
”Kita makan siang di Bukit Cinta yok kan enak sore-sore
disana”.
”Yawda, kamu jemput aku ya...”. Pinta Desty.
”Oke deh, tunggu ya”. Dengan senang hati Rio bergegas
menjemput Desty.
Setiba di Bukit Cinta setelah selesai makan Rio
memberanikan diri tuk mengungkapkan cintanya.
”Ty, Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Sebenarnya dari
dulu aku mencintai kamu, aku sayang kamu, aku tlah mencoba tuk menepis rasa ini
supaya tidak menjadi-jadi, namun usahaku sia-sia. Aku sudah tak sanggup lagi
menahan gejolak cinta ini, kamu mau kan jadi pacar aku?”. dengan suara yang
gemetar Rio menundukkan kepalanya.
Desty tercengang mendengar kata-kata itu seolah tak
percaya dengan apa yang baru saja dia dengar..
”Rio, aku hargai rasa cinta kamu. Tapi maaf aku tak bisa,
aku hanya menganggapmu teman biasa., lagian apa kata keluarga ku kalau aku
pacaran sama kamu trus nikah sama kamu., mereka tak akan terima. karena mereka
menginginkan laki-laki dan keluarga yang lebih atau setidaknya setingkat lah
dengan keluarga kami, maaf ya aku tak bisa”.
Rio terdiam dengan nafas yang tak beraturan..
”Iya, gpp kok, aku tau selera kamu seperti apa,
seharusnya aku tak katakan semua ini. Maaf tlah membuatmu tidak nyaman”
Semenjak
itu mereka jarang sekali komunikasi.
Setelah
8 tahun kemudian, Di sebuah Rumah sakit ada seorang ibu tua masuk rumah sakit
yang hampir seluruh tubuhnya melepuh gara-gara rumahnya terbakar, ibu tua itu
adalah ibunya Desty mereka tidak mempunyai apa-apa lagi. Untuk bayar ongkos berobat pun tak ada lagi uang tersisa.
Desty terpaksa menghadap kepala sekaligus pemilik Rumah
Sakit itu bermaksud meminta keringanan biaya. Sebelum masuk ruangan itu Desty
melihat papan nama diatas pintu ruangan pemilik rumah sakit itu,
”Sepertinya tak asing lagi nama itu”. Katanya
dalam hati.
Tok
tok tok..!!! “Permisii, Pak
boleh saya masuk?”. Ucap Desty dengan
sedikit gugup.
“ya, silahkan masuk!!”. Sahut suara orang yang ingin Desty
temu itu.
Desty langsung membuka pintu dan masuk dengan agak
sedikit menunduk lalu... “Riiiioooo?”. Dengan mata terbelalak dan suara yang
gugup seakan tak percaya.
“Eh.. Bu Desty,!”. Sambil berdiri lalu menyodorkan tangan
lalu mempersilahkan Desty untuk duduk.
“Rio kamu, kamu .....”. Desty tak sanggup melanjutkan
ucapannya lalu kembali terdiam, air mata mulai mengalir dari sudut mata indahnya.
“Lho kamu kenapa nangis, bersabarlah jangan khawatir soal
orang tua kamu. Biar aku yang tangani”. Kata Rio.
“Bukan soal itu Rio, aku malu sama kamu”. Desty sambil
tertunduk malu.
”Malu kenapa?, soal masa lalu itu? Desty, kamu gak usah
ngerasa malu atau ngerasa bersalah, itu dulu memang salah aku karena tak
sepantasnya aku mencintai seorang sahabat yang baik seperti kamu, seharusnya
aku menjaga kamu. Tapi aku malah jatuh hati, aku tak mampu membendung rasa
cinta itu sampai akhirnya aku ungkapkan rasa cinta itu. Namun sayang, keadaan
malah semakin buruk, kejadian pahit itu kerap kali mengganggu tidurku. Kadang menjadi cambuk bagiku, bukan berarti aku menyimpan
dendam sama kamu. Dalam do’aku aku slalu meminta pada yang diatas agar diberi
jalan, agar kita dipersatukan, agar cinta ini tak mati begitu saja. Aku seperti
sekarang ini karena kamu, karena aku ingin menyetarakan hidup agar aku bisa
diterima dalam keluargamu. Sudah beberapa tahun aku pelihara cinta ini dengan
sendiri tanpa teman tanpa lawan tanpa pasangan, aku semakin sayang sama kamu.
Aku selalu mengikuti kabar tentang kamu dari Rini, hanya Rini yang tau tentang
semua ini, tapi aku yang meminta Rini untuk tidak menceritakan semua ini sama
kamu karena aku tak mau kamu terganggu.”
Kata-kata Rio membuat hati Desty semakin pilu dan semakin
tak mampu membendung air matanya, rasa haru, tersanjung, dan juga malu
bercampur menjadi satu.
Lalu Desty bangkit dan memeluk Rio erat-erat.
”Rio, kamu masih sayang kan sama aku? Aku mau kamu yang
mengisi hari-hariku. Aku salutkan cinta kamu, aku yang terlalu bodoh
mengabaikan orang yang begitu menyayangi ku. maafkan aku beri aku kesempatan
tuk mencintaimu”.
”Iya, aku sayang kamu.... aku mau kamulah yang menjadi
pasangan hidupku. Ya sudah, sekarang kita bawa Ibu kamu berobat ke Singapura, disana
Ibu kamu bisa mendapatkan perawatan yang
lebih baik.” lalu Rio menghubungi pihak Rumah Sakit yang ada di
Singapura untuk booking.
Mereka sama-sama berangkat ke Singapura, Rio bahagia bisa
membantu orang tuanya orang yang dia sayangi.
Beberapa bulan kemudian mereka melangsungkan pernikahan,
dan akhirnya dikaruniai dua orang anak. Rio juga mendirikan beberapa klinik
yang tersebar hampir di seluruh Provinsi dengan nama ”Rio Corp.”
Desty kini telah menyadari bahwa cinta tak ada alasan,
cinta tak harus bersyarat, cinta tak mengenal siapa dan bagaimana. Semua bisa
menjadi mungkin karena kekuatan cinta yang suci.
Inilah sebuah kisah cinta yang diangkat dari true story
dan ending dari cerita ini adalah harapan narasumber. Semoga semua bisa
tercapai dengan ending yang bahagia.
Salam penulis pemula
RaYa__
0 komentar:
Posting Komentar