Dear pembaca setia blog www.yasirnoman.blogspot.com, setelah beberapa lama ane gak post cerita inspiratif
mungkin membuat sobat bertanya2 “Kok ga ada cerita baru lagi?”. memang beberapa
bulan ini ane sibuk dengan pekerjaan, jadi nulisnya nyicil sambil mencari
inspirasi. Kali ini cerita yang mengisahkan perjalanan cinta sang pemimpi dari
pelosok Provinsi Sumatera Selatan.
Arman kecil adalah anak petani kampung yang miskin, Ayahnya
buruh serabutan yang tak tamat Sekolah Dasar, Ibunya buruh di sebuah perkebunan
kelapa sawit. Hidup yang pas-pasan hanya cukup makan. Arman adalah anak ketiga
dari empat saudara, Arman saat itu baru saja didaftarkan di Sekolah Dasar, hari
pertama masuk sekolah Arman diantarkan oleh Ayahnya. Arman senang dengan
lingkuan baru itu karena ada banyak teman yang dia jumpai namun ada yang
berbeda dengan Arman, saat kaki teman-temannya terbalut sepatu, kaki Arman
malah telanjang, baju putih yang kebesaran pemberian dari sepupunya, celana merah
yang kedodoran warisan dari
abangnya, tak ada tas yang digendong dipunggungnya
hanya ada satu buku tulis tipis dan pensil usang yang tidak lebih panjang dari
jari telunjuknya. Teman-teman tampak aneh melihtnya, mungkin Arman risih dengan
keadaan seperti itu lalu dia menoleh ke arah ayahnya. Sang ayah merasa sangat
pilu dengan keadaan itu namun apa hendak dikata hanya itu yang dia mampu.
“Ayah, kok teman-teman pada lihat Arman? Padahal Arman kan
gak ganggu mereka!”
“Oh.. mereka mau mengajakmu berteman nak...” . Sang ayah mencoba menyembunyikan
apa yang sebenarnya.
“Oh begitu ya yah..?”
Hari-hari berlalu Arman mulai nyaman dengan lingkungan
barunya itu walaupun penampilannya berbeda dengan teman-temannya. Arman
tergolong anak yang pandai, dia mudah memahami setiap pelajaran yang diberikan
sehingga membuatnya selalu mendapat ranking kelas, setiap kenaikan kelas Arman
mendapat hadiah buku, pensil, pulpen dan baju sekolah.
Kini Arman sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, dia tidak
tinggal bersama orang tuanya lagi tapi tinggal bersama nenek (Ibu dari Ibunya) karena
orang tua dan adik bungsunya pindah ke lokasi perkebunan yang sangat jauh,
untuk menuju tempat itu butuh waktu berjam-jam melalui jalur sungai. Ditemani
nenek, abang dan kakak perempuannya mereka saling bekerja sama dalam hal
apapun. Mereka rukun dalam kesederhanaan.
Pulang sekolah Arman tidak benghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman-teman, tapi dia habiskan untuk mencari kelapa tua yang jatuh di kebun milik warga, untungnya warga tidak melarang. Kelapa2 tua itu lalu dijual, uangnya untuk jajan disekolah. Kadang Arman menghabiskan waktunya memancing ikan di sungai bersama teman-teman yang lebih dewasa darinya. Begitulah kehidupan sehari2 Arman kecil.
Pulang sekolah Arman tidak benghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman-teman, tapi dia habiskan untuk mencari kelapa tua yang jatuh di kebun milik warga, untungnya warga tidak melarang. Kelapa2 tua itu lalu dijual, uangnya untuk jajan disekolah. Kadang Arman menghabiskan waktunya memancing ikan di sungai bersama teman-teman yang lebih dewasa darinya. Begitulah kehidupan sehari2 Arman kecil.
Masa Sekolah Dasar telah berakhir, Arman melanjutkan
pendidikannya ke jenjang Menengah Pertama, sekolahan yang berjarak lebih dari
15 Km dari rumahnya untuk menuju sekolahnya kadang Arman naik mobil khusus
antar jemput jika ada uang untuk ongkos, namun jika tidak ada uang Arman
terpaksa ikut mobil truk khusus antar jemput buruh perkebunan kelapa sawit
Arman harus bangun sepagi mungikn agar tidak ketinggalan truk.
Ada yang menarik dimasa SMP ini, disinilah awal kisah cinta
pertamanya, walaupun masih anak2 bau kencur, Arman sudah punya rasa suka pada
lawan jenisnya. Gadis kecil yang membuatnya tergila-gila itu adalah Arda anak
desa sebelah, gadis cantik berkulit putih berambut merah alami jika dipandang
menyejukkan hati. “Cinta monyet”, iya mungkin itulah julukan untuk anak2 seusia
itu. Indahnya cinta pertama membuat Arman rajin sekolah, saat Arda tak ada
disekolah Arman jadi gelisah. Padahal Arda tak tau bahwa Arman tergila-gila
padanya.
Pagi itu Arman datang kesekolah lebih awal dari biasanya, dia
duduk di taman bunga dekat gerbang sekolah. Entah apa yang dia rencanakan hari
itu yang jelas wajahnya tampak lebih ceria dari biasanya, tak lama kemudian
Arda bersama teman2nya tiba disekolah. Arman tampak semakin ceria, lalu
dipanggilnya salah satu dari teman Arda.
“Mey sini bentar” bujuk Arman.
“Ada apa sih?” tanya Mey heran.
“Boleh aku minta tolong?”
“Tolong apaaa?” Mey semakin heran.
“Tolong kamu berikan surat ini ke Arda teman kamu” sambil
menunjukkan amplop kecil yang berisi surat itu.
“Ooooh kirain apaaaa.. cie cieeeee Armaaaan!.. ya udah sini
suratnya biar aku kasih”
Hati berbunga2 menunggu respon dari sang penerima surat,
namun sehari, seminggu, sebulan Arman tak kunjung mendapat balasan atas surat
itu.
“Ah.. ternyata dia tidak mencintaiku” dalam hati Arman
bergumam.
Semenjak itu Arman menjadi malu jika bertemu dengan Arda sang
pujaan hati, hal itu juga membuat Arman semakin penasaran tapi kali ini bukan
dengan surat menyurat lagi tapi dengan melakukan hal yang mungkin membuat Arda
kagum dengannya. Iya, belajar dengan giat agar dapat ranking kelas bahkan juara
umum kalau bisa agar Arda kagum padanya. Dan terbukti, Arman semakin dikenal
disekolah itu karena prestasi akademiknya yang selalu merebut juara umum
disekolah. Bukan Cuma itu, Arman juga aktif dalam setiap organisasi disekolah
dan Arman bukan sekedar anggota tapi selalu mengetuai dalam setiap organisasi.
Semenjak itu, Arman semakin dikenal oleh selurah siswa baik itu kakak kelas
maupun adik kelas begitu juga guru2nya, tanpa diduga Arman menerima beberapa
surat dari beberapa siswi yang mengaguminya, tapi sayang tak ada satu pun surat
dari orang yang dia harapkan yaitu Arda. Arman coba lagi kirimkan surat kepada
Arda, selang beberapa hari Arman menerima balasan, senangnya bukan kepalang.
Tapi sayang, tulisan tangan disurat itu bukan tulisan tangan Arda, Arman tau
betul bagaimana bentuk tulisan Arda. Tapi tetap saja kebahagiaan itu ada,
balasan surat itu tidak menunjukkan bahwa Arda mencintai tapi hanya sebatas
mengagumi. Tak apalah yang penting ada responnya.
Waktu itu masa2 akhir mereka di SMP ada hal yang memilukan
bagi Arman, seminggu sebelum pembagian raport smester ganjil kelas 3 SMP,
pulang sekolah Ayahnya Arman dikabarkan meninggal dunia mendadak tanpa ada
sakit yang diderita... sungguh memilukan bagi Arman, seharusnya minggu depan
sang Ayahlah yang merdiri didepan aula sekolah mendampingi Arman yang lagi2
merebut juara umum sekolah. Namun harpan itu pupus, kini sang Ayah telah pergi
meninggalkan Arman untuk selamanya. Belum ada hal yang bisa Arman lakukan untuk
membalas lelahnya sang Ayah, kini tinggal sang Bunda yang mungkin suatu hari
nanti bisa Arman bahagiakan dengan usahanya. Arman telah menjadi yatim bersama
ibu yang miskin, entah bagaimana nasib kedepan semua mereka serahkan kepada
Tuhan dan sang waktu untuk menjawab semua itu.
Setidaknya Arman sedikit berubah dari sebelimnya, yang dulu
selalu ceria kini lebih sering menyendiri sesekali air matanya berlinang entah
apa yang dia fikirkan. Teman2 selalu mensupport, berusaha menghibur. Kini Arda
tampak lebih perhatian dengan Arman, entah kenapa apakah karena kasihan atau
saran dari teman2nya agar Arman bisa move
on dan seperti dulu lagi. Tentu saja, tentu Arman senang dengan perhatian
orang yang dia sayangi. Semangat kembali pulih dari sakitnya, Arman kembali
ceria seperti dulu. Ya, itu berkat Arda sang pujaan hati. Hari2 berlalu dengan
indah bersama Arda meski hanya sebatas bertemu saat jam istirahat kadang beruda
dalam kebisuan tanpa ada suara dari keduanya hanya senyum yang penuh bahagia.
Huh.. dasar cinta monyet.
Masa Putih Biru telah berakhir, teman2 sibuk mendafar di SMA
yang mereka impikan. Arman kembali dilanda kehawatiran karena tak tau mau
lanjut kemana apakah masih bisa sekolah atau sudah tidak lagi karena mengingat
sang Ibu tak punya persiapan apa2. Singkat cerita akhirnya Arman bisa
melanjutkan Sekolah menengah atasnya di salah satu sekolah negeri di sebuah
kota kecil. Suasana baru teman baru namun ada yang kurang karena tak ada Arda
lagi di lingkungan baru itu, mereka terpisah jauh. Kini rasa cinta yang agung
itu Arman tuangkan dalam lembaran2 kertas putih kadang berbentuk puisi kadang
dijadikan cerpen. Tak ada yang terasa begitu indah dimasa SMA ini, semua
berlalu biasa2 saja. Setahun sekali Arman pulang kampung jika ada libur
panjang. Setiap pulang kampung mobil angkutan desa selalu lewat depan rumahnya
Arda, dari kejauhan Arman mulai mengintip halaman rumanya Arda dari balik kaca
mobil. Sayang, Arda sang pujaan hati tak ada didepan rumahnya. Jika melihat
rumah itu membuat kerinduan semakin menjadi, ingin sekali rasanya datang kerumahnya untuk bertemu dan saling
menanyakan kabar, tapi masih takut untuk lakukan itu. Hanya diary kecil tempat
Arman mengadu tentang kerindunnya.
Masa SMA telah berakhir, Arman memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan hidupnya ke kota lain melanglang buana dari kota ke kota. Hidup
membang berat, namun mau tak mau harus dijalani. Akhirnya Arman menetap di
sebuah kota besar dibagian terluar Indonesia, kota besar yang menyediakan
segala hal termasuk wanita2 cantik & glamour namun Arda tetap yang
teristimewa bagi Arman, tak jarang Arman meneteskan air mata saat rasa rindu
itu datang “ Kemana Arda ku? Apakah dia juga merasakan apa yang sedang aku
rasakan?, atau hanya aku yang masih memelihara rasa ini..?”
Suatu malam Arman coba mencari nama Arda di kolom pencarian
teman di akun facebooknya tak ada nama persis seperti nama orang yang dimaksud (buat yang baca makanya nama facebook atau
akun apapun gunakan nama asli, siapa tau ada orang rindu yang mencarimu melalui
akun2 itu), beberapa nama alternatif telah dicoba dengan feeling yang
begitu kuat akirnya Arman menemukan nama Arda dengan poto profil yang terlihat
begitu cantik, Arman semakin penasaran lalu menelusuri kronologi facebooknya
Arda “Iya, ternyata benar ini Arda yang aku cari selama ini” Arman lanjutkan
melihat poto2nya Arda, ada satu poto yang mebuat Arman merasa pilu yaitu poto
Arda bersama seorang cowok yang terlihat sangat mesra.
“Secepat itu kamu berubah Arda, apakah kau tak lagi
mengingatku disini yang masih menyimpan rasa yang sama seperti dulu, seperti
pertama kita berbicara tentang rasa, ketika pertama kau tersenyum yang
membuatku bangga”
Rasa kecewa yang besar itu membuat Arman semakin menyadari
bahwa sulit untuk menemukan yang abadi termasuk cinta.
Minggu pagi itu suara ponsel Arman berbunyi, ada panggilan
masuk dari nomor yang tidak dikenal.
“Hallo.. maaf ini siapa ya?” tanya Arman.
“Hallo, ini Arman ya?”
“I..i iya, ini Arman” Tiba2 Arman gugup mendengar suara yang
tak asing lagi baginya itu.
“Alhamdulillah... akhirnya bisa dengar suaramu lagi bang
Arman, ini Arda bang. Arda udah lama cari2 info tentang abang, abang kemana
aja? ini adek dpt nomor abang dari akun facebooknya abang, abang apa kabar?”
“Alhamdulillah abang baik dek, adek apa kabar? Dimana
sekarang?” Perasaan Arman saat itu ibarat gersangnya bumi karena kemarau
berbulan2 sejuk seketika karena disiram hujan semalam.
“Adek baik bang, sekarang adek kuliah di sebuah universitas
di Sumbar udah mau selesai kok” Tutur Arda.
“Dek Arda, mungkin ini konyol bagimu tapi ini adalah hal yang
sangat berarti bagiku abang sekedar ingin bertanya apakah kamu masih menyimpan
rasa yang sama seperti dulu, seperti waktu itu kamu membujukku untuk segera move on dari keterpurukanku lalu kamu
slalu tebarkan senyum indah agar aku kembali ceria? Aku masih mencintaimu,
bertahun2 aku rawat rasa ini karena aku yakin suatu hari nanti kita akan bertemu
lagi”
“Abang, adk juga mersakan hal yang sama, kadang aku teteskan
air mata dikala rasa rindu itu datang, tapi abang malah menghilang bagai
ditelan kegelapan tanpa ada kabar yang pasti tentang abang. Adek rindu sama
abang, adek baru sadar kalu hati ini ternyata kehilangan sosok yang di sayang
saat abang tak pernah datang. Maafkan aku yang waktu itu tidak trlalu
mempedulikanmu itu karena aku masih malu2” Terdengar suara tangis yang tersedu2
dari ponsel Arman.
“Syukurlah jika itu yang kamu rasakan, ternyata aku tidak
sendirian dengan rasa ini. Rasa ini masih utuh seperti dulu, seperti awal kita
bertemu. Tuhan memang adil pada hati yang benar2 ikhlas”
Semenjak itu mereka kembali akrab meski dengan jarak yang
terpisah jauh. Ya, itulah cinta.
Jaman memang sudah canggih tapi Pak Pos masih tetap berguna bagi mereka untuk
antar jemput surat mereka. Ada makna dan kenangan tersendiri dari tulisan
tangan sehingga membuat mereka tetap saja berkirim surat, kata2 yang sederhana
namun mengena, bukan janji yang mereka ucap namun harapan2 yang indah, bukan
kesombongan yang mereka tulis namun kisah2 pedih yang tlah dilewati satu sama
lain.
Waktu kini terus berlalu, hari itu Arman diminta datang ke
kota dimana Arda berada dan tentu saja Arman penuhi permintaan itu. Arman telah
tiba di bandara tentu saja Arda sudah menunggunya disana, ketika bertemu mereka
terdiam sejenak memandang satu sama lain. Mereka seakan tak percaya dengan apa
yang terjadi. Dari ujung rambut sampai ujung kaki Arman melihat Arda seakan tak
percaya kini Arda yang dicinta telah tumbuh dewasa. Lalu.... mereka berpelukan
seerat mungkin, tak ada kata terucap dari keduanya yang ada hanya air mata yang
mengalir dikedua belah pipi mereka. Suasana yang begitu mengharukan membuat
para penumpang yang berlalu lalang seakan merasakan keharuan yang mereka
saksikan.
“Aku menyayangimu” bisik Arman dalam pelukan itu sehingga
membuat Arda memelukanya semakin erat.
Esok harinya adalah hari yang bahagia bagi Arda dimana dia
dan teman seangkatannya memakai toga sebagai tanda berakhirnya masa kuliah.
Arman diminta datang tuk mendampinginya bersama keluarganya, momen yang begitu
special bagi Arda. Lalu bagaimana dengan Arman?
Sama, Arman merasakan hal yang sama bahagia melihat sang pujaan hati yang tlah lama dicinta memakai toga bersama keluarga. Tapi, ada rasa malu yang berkecamuk di rongga dada saat si dia sudah sarjana sedangkan Arman hanya lulusan SMA. Bukannya tak mau kuliah namun memang tak ada biaya, dan keinginan itu tetap ada...
“Aaaah bagamana aku ini, apa mungkin Arda bisa tetap menerima
dengan lapang dada meski aku hanya lulusan SMA. Jika iya, lalu bagaimana dengan
keluarganya apakah bisa menerima?”
Cinta memang tak memandang apa, siapa dan bagaimana. Tapi
cinta sering kali dirusak oleh gengsi yang mengatasnamakan harga diri sehingga
membuat cinta itu ternodai dan berakhir menjadi sakit hati. Dua tahun berlalu
rasa itu semakin menggebu2 ingin rasanya Arman mengajak ke penghulu tapi masih
ragu lagian belum banyak yang dilakukan untuk Ibu.
Arda tlah kembali ke kampung halamannya untuk mengabdi
sebagai seorang bidan. Tentu saja membuat bangga kedua orang tuanya termasuk keluarga
tercinta. Namun ada hal yang tak terduga terdengar kabar bahwa Arda telah
dijodohkan pada seorang pemuda kaya yang merupakan anak sahabat ayahnya Arda.
Arman tak tau kemana harus membawa perasaannya yang terluka
parah, bagaikan disambar petir disiang bolong saat mendengar kabar itu. Ingin rasanya
marah tapi kepada siapa, ingin rasanya mengakhiri hidup tapi iman masih ada. Akhirnya
Arman harus menerima dengan lapang dada dan menyadari siapa dirinya yang
mungkin memang tak pantas tuk mendampingi Arda. Hapus semua cerita tentang Arda
meski agak menyiksa. Rasa kecewa yang begitu besar membuat Arman akhirnya
meninggalkan Indonesia dan pergi ke sebuah negara di Eropa. Disana Arman
tinggal bersama saudara angkatnya, akhirnya Arman bisa melanjutkan kuliah disana.
Selesai kuliah Arman enggan pulang ke Indonesia karena terlalu sakit baginya..
“Cukup disini saja, mencari berkah untuk keluarga dikampung
sana. Memperbaiki diri agar menjadi orang yang pantas untuk dicintai” itulah
kalimat yang Arman ucapkan, sederhana namun memiliki arti yang mendalam.
Siang itu ketika Arman sedang mengawasi anak buahnya di
perusahaan tempatnya bekerja Arman menerima telpon dari keluarga di Indonesia
bahwa ibunya sedang sakit keras, keesokan harinya Arman putuskan untuk pulang
ke Indonesia demi sang ibu tercinta. Dalam perjalanan Arman tampak begitu cemas
karena takut tidak bisa bertemu ibu sematawayangnya. Akhirnya Arman tiba di
kampung halamannya disambut isak tangis oleh keluarga sehingga membuat Arman bertanya2
“jangan jangaaaan ibu.....,.” Arman langsung berlari menuju ibunya.. “Ibuuuu.....
ibu baik2 saja kan?!” ternyata ibunya tampak sehat meski terlihat sudah begitu
tua dan lelah.
“katanya ibu sakit?” tanya Arman sambil menangis dipelukan
ibunya.
“Tidak nak, ibu baik2 saja. Ibu merindukanmu nak, hanya
dengan cara seperti ini ibu bisa membuatmu pulang ke Indonesia, uang dan apa
saja yang kamu kirim selama ini tidak mampu menghapus rasa rindu ibu... ibu tau
seberapa besar kecewamu pada wanita yang kau cintai itu, ibu tau seberapa besar
cintamu pada wanita pujaanmu itu, ibu sering mengintipmu ketika menulis surat
untuk wanita yang kamu puja itu.. Anakku, apa kamu masih memelihara rasa
sayangmu pada wanita itu?”
“Ibu, maafkan anakmu... aku juga merindukan ibu, maafkan aku
ibu.. a a aku masih menyimpan rasa itu untuk Ardaku tapi untuk apa lagi dia
sudah menjadi istri orang”
“Anakku... Tuhan selalu menghargai rasa cintamu, Ardamu belum
menjadi milik siapa2 kini dia masih menunggumu. Pemuda yang melamarnya waktu
itu telah meninggal dunia overdosis karena
narkoba. Jadi, Ardamu masih utuh dan masih menunggumu”.
Arman jadi tercengang mendengar berita itu,,.. “Yang benar
bu?”
“Iya nak.. ibu tidak bohong, Arda dari tadi memperhatikanmu..
dia ada dibelakangmu”
Arman menoleh kebelakang, dan ternyata benar ada Arda yang dari
tadi memperhatikannya. Arda menangis haru dan bangga pada Armannya. Arda
sengaja diminta datang oleh ibunya Arman.
“Maafkan aku sayang... aku tlah menghancurkan perasaanmu,
semua itu bukan kehendakku aku tidak bisa menolak pinangan itu karena tak mau
mengecewakan ayah dan ibuku. Bukan hanya kamu yang merasakan sakit itu tapi aku
merasakan hal yang sama. Tapi akhirnya Tuhan berkata lain semua terjadi seperti
apa yang ibumu katakan tadi, dia meninggal overdosis dalam pesta narkoba
bersama teman2nya”. lalu Arda memeluk Arman erat2 seakan tak mau dia lepas lagi.
Suasana menjadi semakin haru melihat
keduanya bertemu dan saling melepas rindu, ada yang meneteskan air mata
menyaksikan kejadian itu.
Akhirnya waktu yang ditunggu2 telah tiba, mereka menikah di
kampung halamannya. Acara yang begitu sakral dengan dipenuhi ribuan undangan
dari berbagai daerah, sanak saudara, teman sekolah dari SD, SMP, SMA, teman perantauan
dari berbagai kota bahkan sahabat2 kuliah dari Eropa sana ada yang datang juga.
sungguh suasana yang meriah dengan peluncuran sebuah buku tentang perjalanan
cinta yang ditulis oleh Arman di bantu oleh rekan2nnya, buku yang memberikan
inspirasi dan motivasi bagi siapa saja yang membacanya. Setiap tamu undangan
diberikan satu2 secara gartis sehingga acara pernikahan itu masuk tipi bak
selebritis. Sebuah mobil mewah impian Araman terparkir ditengah2 para tamu
undangan sebagai hadiah pernikahan dari Arman untuk sang istri tercinta.
Acara pernikahan usai mereka mulai menyusun rencana untuk
mengarungi lautan cinta dalam rumah tangga. Arman dan isterinya memutuskan untuk honey moon di tanah suci mengajak serta ibunda serta mertuanya.
Siapa yang tak bahagia coba?
Siapa yang tak bahagia coba?
Bicara soal cinta tak akan ada
habisnya , setelah menikah bukan berarti tidak ada masalah lagi soal cinta
malah lebih berat lagi. seberat2nya cinta anak muda tidak seberat cintanya
orang yang sudah menikah. Cintanya anak muda kalau sudah bosan bisa saja
mencari alasan dan akhirnya minta putus lalu cari pacar lagi, kalau cintanya
orang yang sudah menikah akan sangat berbeda karena kita dituntut untuk
mencintai istri/suami setiap hari setiap saat yang tentunya semakin hari
semakin gendut semakin hari semakin keriput tidak boleh ada kata bosan karena tidak mudah
untuk memutuskan sebuah tali pernikahan.
Setelah menikah Arman dan sang istri tercinta memutuskan
untuk tinggal di Eropa karena Arman tidak bisa meninggalkan pekerjaanya. Tentu itu
merupakan hal yang berat bagi kedua keluarga untuk melepas mereka. Namun
keputusan Arman yang ambisius dan
sedikit keras kepala membuat keluarga tidak bisa berbuat apa2 yang penting
mereka bahagia disana.
Setiba disana ternyata Arman sudah menyiapakan sebuah rumah
sederhana namun bagaikan istana karena dihiasi cinta dengan background warna
kesukaan istrinya. Suatu malam istrinya mengajak Arman menulis hal2 yang tidak
disukai diantara mereka agar hubungannya tidak ada masalah kedepannya, tentu
saja Arman menyetujuinya dan malam itu mereka tidur dikamar yang terpisah agar
tidak saling mengintip apa yang mereka tulis. Keesokan paginya sehabis sarapan
sebelum berangkat kerja Arman menanyakan apa yang di tulis oleh istrinya lalu
istrinya mulai membacakan apa yang tidak dia sukai dari suaminya.....
Arman meneteskan air mata mendengar apa yang istrinya bacakan
tentang hal dan sifatnya yang tidak disukai istrinya
“Ayah kenapa menangis sayang? Apakah bunda harus berhenti
membaca ini?” tanya istrinya
“Tidak apa2 sayang, teruskan saja sampai selesai” jawab
Arman..
“nah bunda sudah selesai membacanya, sekarang giliran ayah”
Kata istrinya
Arman hanya diam ternyata dia tidak menuliskan apa2 tentang
istrinya.
“Tulisan ayah mana?” Tanya istrinya.
Smbil memeluk istrinya Arman berkata “Sayang, ayah tidak
menuliskan apa2 tentang bunda. Tidak ada sifat bunda yang tidak ayah sukai,
ayah mencintai bunda secara apa adanya tanpa harus meminta bunda untuk menjadi
orang lain. Ayah bangga dengan apapun yang ada pada bunda.”
Arda menangis sedih, bangga serta malu nendengar apa yang
suaminya ucapakan. Menyadari selama ini dia belum mencintai suaminya secara apa
adanya dan kini dia tau betapa mulianya hati sang suami. Lalu mereka menjadi
keluarga besar yang bahagia dan menjadi ispirasi banyak keluarga lain di Eropa
sana termasuk di Indonesia melalui buku2nya.
Ya.. itulah perjalanan
cinta yang begitu mengharukan dan sangat pantas sekali untuk dijadikan
inspirasi dan motivasi, cerita ini hanya cerita piktif yang saya tulis sambil bermimpi
berharap bisa menjadi sosok lelaki seperti dalam cerita ini juga berharap
kekasihku saat ini bisa menjadi seperti sosok Arda dalam kisah ini. Setiap
cerita yang saya tulis berawal dari kisah nyata di masa lalu yang pedih dan
berakir pada khayalan2 sehingga terbentuklah kisah ini. Saran dan masukan
sangat saya harapkan untuk membuat kisah2 selanjutnya.
Salam Penulis
Rahman Yasir
Rahman Yasir
0 komentar:
Posting Komentar