Minggu, 09 Februari 2014

Si Miskin dan Wanita Impiannya

Www.yasirnoman.blogspot.com
Dear pembaca setia blog www.yasirnoman.blogspot.com, setelah beberapa lama ane gak post cerita inspiratif mungkin membuat sobat bertanya2 “Kok ga ada cerita baru lagi?”. memang beberapa bulan ini ane sibuk dengan pekerjaan, jadi nulisnya nyicil sambil mencari inspirasi. Kali ini cerita yang mengisahkan perjalanan cinta sang pemimpi dari pelosok Provinsi Sumatera Selatan. 

Arman kecil adalah anak petani kampung yang miskin, Ayahnya buruh serabutan yang tak tamat Sekolah Dasar, Ibunya buruh di sebuah perkebunan kelapa sawit. Hidup yang pas-pasan hanya cukup makan. Arman adalah anak ketiga dari empat saudara, Arman saat itu baru saja didaftarkan di Sekolah Dasar, hari pertama masuk sekolah Arman diantarkan oleh Ayahnya. Arman senang dengan lingkuan baru itu karena ada banyak teman yang dia jumpai namun ada yang berbeda dengan Arman, saat kaki teman-temannya terbalut sepatu, kaki Arman malah telanjang, baju putih yang kebesaran pemberian dari sepupunya, celana merah yang kedodoran warisan dari
abangnya, tak ada tas yang digendong dipunggungnya hanya ada satu buku tulis tipis dan pensil usang yang tidak lebih panjang dari jari telunjuknya. Teman-teman tampak aneh melihtnya, mungkin Arman risih dengan keadaan seperti itu lalu dia menoleh ke arah ayahnya. Sang ayah merasa sangat pilu dengan keadaan itu namun apa hendak dikata hanya itu yang dia mampu.

“Ayah, kok teman-teman pada lihat Arman? Padahal Arman kan gak ganggu mereka!”
 
“Oh.. mereka mau mengajakmu berteman nak...” . Sang ayah mencoba menyembunyikan apa yang sebenarnya.

“Oh begitu ya yah..?”

Hari-hari berlalu Arman mulai nyaman dengan lingkungan barunya itu walaupun penampilannya berbeda dengan teman-temannya. Arman tergolong anak yang pandai, dia mudah memahami setiap pelajaran yang diberikan sehingga membuatnya selalu mendapat ranking kelas, setiap kenaikan kelas Arman mendapat hadiah buku, pensil, pulpen dan baju sekolah.

Kini Arman sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar, dia tidak tinggal bersama orang tuanya lagi tapi tinggal bersama nenek (Ibu dari Ibunya) karena orang tua dan adik bungsunya pindah ke lokasi perkebunan yang sangat jauh, untuk menuju tempat itu butuh waktu berjam-jam melalui jalur sungai. Ditemani nenek, abang dan kakak perempuannya mereka saling bekerja sama dalam hal apapun. Mereka rukun dalam kesederhanaan.
Pulang sekolah Arman tidak benghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman-teman, tapi dia habiskan untuk mencari kelapa tua yang jatuh di kebun milik warga,  untungnya warga tidak melarang. Kelapa2 tua itu lalu dijual, uangnya untuk jajan disekolah. Kadang Arman menghabiskan waktunya memancing ikan di sungai bersama teman-teman yang lebih dewasa darinya. Begitulah kehidupan sehari2 Arman kecil.

Masa Sekolah Dasar telah berakhir, Arman melanjutkan pendidikannya ke jenjang Menengah Pertama, sekolahan yang berjarak lebih dari 15 Km dari rumahnya untuk menuju sekolahnya kadang Arman naik mobil khusus antar jemput jika ada uang untuk ongkos, namun jika tidak ada uang Arman terpaksa ikut mobil truk khusus antar jemput buruh perkebunan kelapa sawit Arman harus bangun sepagi mungikn agar tidak ketinggalan truk.

Ada yang menarik dimasa SMP ini, disinilah awal kisah cinta pertamanya, walaupun masih anak2 bau kencur, Arman sudah punya rasa suka pada lawan jenisnya. Gadis kecil yang membuatnya tergila-gila itu adalah Arda anak desa sebelah, gadis cantik berkulit putih berambut merah alami jika dipandang menyejukkan hati. “Cinta monyet”, iya mungkin itulah julukan untuk anak2 seusia itu. Indahnya cinta pertama membuat Arman rajin sekolah, saat Arda tak ada disekolah Arman jadi gelisah. Padahal Arda tak tau bahwa Arman tergila-gila padanya.

Pagi itu Arman datang kesekolah lebih awal dari biasanya, dia duduk di taman bunga dekat gerbang sekolah. Entah apa yang dia rencanakan hari itu yang jelas wajahnya tampak lebih ceria dari biasanya, tak lama kemudian Arda bersama teman2nya tiba disekolah. Arman tampak semakin ceria, lalu dipanggilnya salah satu dari teman Arda.

“Mey sini bentar” bujuk Arman.

“Ada apa sih?” tanya Mey heran.

“Boleh aku minta tolong?”

“Tolong apaaa?” Mey semakin heran.

“Tolong kamu berikan surat ini ke Arda teman kamu” sambil menunjukkan amplop kecil yang berisi surat itu.

“Ooooh kirain apaaaa.. cie cieeeee Armaaaan!.. ya udah sini suratnya biar aku kasih”

Hati berbunga2 menunggu respon dari sang penerima surat, namun sehari, seminggu, sebulan Arman tak kunjung mendapat balasan atas surat itu.

“Ah.. ternyata dia tidak mencintaiku” dalam hati Arman bergumam.
Semenjak itu Arman menjadi malu jika bertemu dengan Arda sang pujaan hati, hal itu juga membuat Arman semakin penasaran tapi kali ini bukan dengan surat menyurat lagi tapi dengan melakukan hal yang mungkin membuat Arda kagum dengannya. Iya, belajar dengan giat agar dapat ranking kelas bahkan juara umum kalau bisa agar Arda kagum padanya. Dan terbukti, Arman semakin dikenal disekolah itu karena prestasi akademiknya yang selalu merebut juara umum disekolah. Bukan Cuma itu, Arman juga aktif dalam setiap organisasi disekolah dan Arman bukan sekedar anggota tapi selalu mengetuai dalam setiap organisasi. Semenjak itu, Arman semakin dikenal oleh selurah siswa baik itu kakak kelas maupun adik kelas begitu juga guru2nya, tanpa diduga Arman menerima beberapa surat dari beberapa siswi yang mengaguminya, tapi sayang tak ada satu pun surat dari orang yang dia harapkan yaitu Arda. Arman coba lagi kirimkan surat kepada Arda, selang beberapa hari Arman menerima balasan, senangnya bukan kepalang. Tapi sayang, tulisan tangan disurat itu bukan tulisan tangan Arda, Arman tau betul bagaimana bentuk tulisan Arda. Tapi tetap saja kebahagiaan itu ada, balasan surat itu tidak menunjukkan bahwa Arda mencintai tapi hanya sebatas mengagumi. Tak apalah yang penting ada responnya.

Waktu itu masa2 akhir mereka di SMP ada hal yang memilukan bagi Arman, seminggu sebelum pembagian raport smester ganjil kelas 3 SMP, pulang sekolah Ayahnya Arman dikabarkan meninggal dunia mendadak tanpa ada sakit yang diderita... sungguh memilukan bagi Arman, seharusnya minggu depan sang Ayahlah yang merdiri didepan aula sekolah mendampingi Arman yang lagi2 merebut juara umum sekolah. Namun harpan itu pupus, kini sang Ayah telah pergi meninggalkan Arman untuk selamanya. Belum ada hal yang bisa Arman lakukan untuk membalas lelahnya sang Ayah, kini tinggal sang Bunda yang mungkin suatu hari nanti bisa Arman bahagiakan dengan usahanya. Arman telah menjadi yatim bersama ibu yang miskin, entah bagaimana nasib kedepan semua mereka serahkan kepada Tuhan dan sang waktu untuk menjawab semua itu.

Setidaknya Arman sedikit berubah dari sebelimnya, yang dulu selalu ceria kini lebih sering menyendiri sesekali air matanya berlinang entah apa yang dia fikirkan. Teman2 selalu mensupport, berusaha menghibur. Kini Arda tampak lebih perhatian dengan Arman, entah kenapa apakah karena kasihan atau saran dari teman2nya agar Arman bisa move on dan seperti dulu lagi. Tentu saja, tentu Arman senang dengan perhatian orang yang dia sayangi. Semangat kembali pulih dari sakitnya, Arman kembali ceria seperti dulu. Ya, itu berkat Arda sang pujaan hati. Hari2 berlalu dengan indah bersama Arda meski hanya sebatas bertemu saat jam istirahat kadang beruda dalam kebisuan tanpa ada suara dari keduanya hanya senyum yang penuh bahagia. Huh.. dasar cinta monyet.

Masa Putih Biru telah berakhir, teman2 sibuk mendafar di SMA yang mereka impikan. Arman kembali dilanda kehawatiran karena tak tau mau lanjut kemana apakah masih bisa sekolah atau sudah tidak lagi karena mengingat sang Ibu tak punya persiapan apa2. Singkat cerita akhirnya Arman bisa melanjutkan Sekolah menengah atasnya di salah satu sekolah negeri di sebuah kota kecil. Suasana baru teman baru namun ada yang kurang karena tak ada Arda lagi di lingkungan baru itu, mereka terpisah jauh. Kini rasa cinta yang agung itu Arman tuangkan dalam lembaran2 kertas putih kadang berbentuk puisi kadang dijadikan cerpen. Tak ada yang terasa begitu indah dimasa SMA ini, semua berlalu biasa2 saja. Setahun sekali Arman pulang kampung jika ada libur panjang. Setiap pulang kampung mobil angkutan desa selalu lewat depan rumahnya Arda, dari kejauhan Arman mulai mengintip halaman rumanya Arda dari balik kaca mobil. Sayang, Arda sang pujaan hati tak ada didepan rumahnya. Jika melihat rumah itu membuat kerinduan semakin menjadi, ingin sekali rasanya  datang kerumahnya untuk bertemu dan saling menanyakan kabar, tapi masih takut untuk lakukan itu. Hanya diary kecil tempat Arman mengadu tentang kerindunnya.

Masa SMA telah berakhir, Arman memutuskan untuk melanjutkan perjalanan hidupnya ke kota lain melanglang buana dari kota ke kota. Hidup membang berat, namun mau tak mau harus dijalani. Akhirnya Arman menetap di sebuah kota besar dibagian terluar Indonesia, kota besar yang menyediakan segala hal termasuk wanita2 cantik & glamour namun Arda tetap yang teristimewa bagi Arman, tak jarang Arman meneteskan air mata saat rasa rindu itu datang “ Kemana Arda ku? Apakah dia juga merasakan apa yang sedang aku rasakan?, atau hanya aku yang masih memelihara rasa ini..?”

Suatu malam Arman coba mencari nama Arda di kolom pencarian teman di akun facebooknya tak ada nama persis seperti nama orang yang dimaksud (buat yang baca makanya nama facebook atau akun apapun gunakan nama asli, siapa tau ada orang rindu yang mencarimu melalui akun2 itu), beberapa nama alternatif telah dicoba dengan feeling yang begitu kuat akirnya Arman menemukan nama Arda dengan poto profil yang terlihat begitu cantik, Arman semakin penasaran lalu menelusuri kronologi facebooknya Arda “Iya, ternyata benar ini Arda yang aku cari selama ini” Arman lanjutkan melihat poto2nya Arda, ada satu poto yang mebuat Arman merasa pilu yaitu poto Arda bersama seorang cowok yang terlihat sangat mesra.

“Secepat itu kamu berubah Arda, apakah kau tak lagi mengingatku disini yang masih menyimpan rasa yang sama seperti dulu, seperti pertama kita berbicara tentang rasa, ketika pertama kau tersenyum yang membuatku bangga”

Rasa kecewa yang besar itu membuat Arman semakin menyadari bahwa sulit untuk menemukan yang abadi termasuk cinta.
Minggu pagi itu suara ponsel Arman berbunyi, ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
 
“Hallo.. maaf ini siapa ya?” tanya Arman.

“Hallo, ini Arman ya?”

“I..i iya, ini Arman” Tiba2 Arman gugup mendengar suara yang tak asing lagi baginya itu.

“Alhamdulillah... akhirnya bisa dengar suaramu lagi bang Arman, ini Arda bang. Arda udah lama cari2 info tentang abang, abang kemana aja? ini adek dpt nomor abang dari akun facebooknya abang, abang apa kabar?”

“Alhamdulillah abang baik dek, adek apa kabar? Dimana sekarang?” Perasaan Arman saat itu ibarat gersangnya bumi karena kemarau berbulan2 sejuk seketika karena disiram hujan semalam.

“Adek baik bang, sekarang adek kuliah di sebuah universitas di Sumbar udah mau selesai kok” Tutur Arda.

“Dek Arda, mungkin ini konyol bagimu tapi ini adalah hal yang sangat berarti bagiku abang sekedar ingin bertanya apakah kamu masih menyimpan rasa yang sama seperti dulu, seperti waktu itu kamu membujukku untuk segera move on dari keterpurukanku lalu kamu slalu tebarkan senyum indah agar aku kembali ceria? Aku masih mencintaimu, bertahun2 aku rawat rasa ini karena aku yakin suatu hari nanti kita akan bertemu lagi”

“Abang, adk juga mersakan hal yang sama, kadang aku teteskan air mata dikala rasa rindu itu datang, tapi abang malah menghilang bagai ditelan kegelapan tanpa ada kabar yang pasti tentang abang. Adek rindu sama abang, adek baru sadar kalu hati ini ternyata kehilangan sosok yang di sayang saat abang tak pernah datang. Maafkan aku yang waktu itu tidak trlalu mempedulikanmu itu karena aku masih malu2” Terdengar suara tangis yang tersedu2 dari ponsel Arman.

“Syukurlah jika itu yang kamu rasakan, ternyata aku tidak sendirian dengan rasa ini. Rasa ini masih utuh seperti dulu, seperti awal kita bertemu. Tuhan memang adil pada hati yang benar2 ikhlas”
Semenjak itu mereka kembali akrab meski dengan jarak yang terpisah jauh. Ya, itulah cinta.
 
Jaman memang sudah canggih tapi Pak Pos masih tetap berguna bagi mereka untuk antar jemput surat mereka. Ada makna dan kenangan tersendiri dari tulisan tangan sehingga membuat mereka tetap saja berkirim surat, kata2 yang sederhana namun mengena, bukan janji yang mereka ucap namun harapan2 yang indah, bukan kesombongan yang mereka tulis namun kisah2 pedih yang tlah dilewati satu sama lain.

Waktu kini terus berlalu, hari itu Arman diminta datang ke kota dimana Arda berada dan tentu saja Arman penuhi permintaan itu. Arman telah tiba di bandara tentu saja Arda sudah menunggunya disana, ketika bertemu mereka terdiam sejenak memandang satu sama lain. Mereka seakan tak percaya dengan apa yang terjadi. Dari ujung rambut sampai ujung kaki Arman melihat Arda seakan tak percaya kini Arda yang dicinta telah tumbuh dewasa. Lalu.... mereka berpelukan seerat mungkin, tak ada kata terucap dari keduanya yang ada hanya air mata yang mengalir dikedua belah pipi mereka. Suasana yang begitu mengharukan membuat para penumpang yang berlalu lalang seakan merasakan keharuan yang mereka saksikan.

“Aku menyayangimu” bisik Arman dalam pelukan itu sehingga membuat Arda memelukanya semakin erat.

Esok harinya adalah hari yang bahagia bagi Arda dimana dia dan teman seangkatannya memakai toga sebagai tanda berakhirnya masa kuliah. Arman diminta datang tuk mendampinginya bersama keluarganya, momen yang begitu special bagi Arda. Lalu bagaimana dengan Arman?

Sama, Arman merasakan hal yang sama bahagia melihat sang pujaan hati yang tlah lama dicinta memakai toga bersama keluarga. Tapi, ada rasa malu yang berkecamuk di rongga dada saat si dia sudah sarjana sedangkan Arman hanya lulusan SMA. Bukannya tak mau kuliah namun memang tak ada biaya, dan keinginan itu tetap ada...

“Aaaah bagamana aku ini, apa mungkin Arda bisa tetap menerima dengan lapang dada meski aku hanya lulusan SMA. Jika iya, lalu bagaimana dengan keluarganya apakah bisa menerima?”
Cinta memang tak memandang apa, siapa dan bagaimana. Tapi cinta sering kali dirusak oleh gengsi yang mengatasnamakan harga diri sehingga membuat cinta itu ternodai dan berakhir menjadi sakit hati. Dua tahun berlalu rasa itu semakin menggebu2 ingin rasanya Arman mengajak ke penghulu tapi masih ragu lagian belum banyak yang dilakukan untuk Ibu.

Arda tlah kembali ke kampung halamannya untuk mengabdi sebagai seorang bidan. Tentu saja membuat bangga kedua orang tuanya termasuk keluarga tercinta. Namun ada hal yang tak terduga terdengar kabar bahwa Arda telah dijodohkan pada seorang pemuda kaya yang merupakan anak sahabat ayahnya Arda.

Arman tak tau kemana harus membawa perasaannya yang terluka parah, bagaikan disambar petir disiang bolong saat mendengar kabar itu. Ingin rasanya marah tapi kepada siapa, ingin rasanya mengakhiri hidup tapi iman masih ada. Akhirnya Arman harus menerima dengan lapang dada dan menyadari siapa dirinya yang mungkin memang tak pantas tuk mendampingi Arda. Hapus semua cerita tentang Arda meski agak menyiksa. Rasa kecewa yang begitu besar membuat Arman akhirnya meninggalkan Indonesia dan pergi ke sebuah negara di Eropa. Disana Arman tinggal bersama saudara angkatnya, akhirnya Arman bisa melanjutkan kuliah disana. Selesai kuliah Arman enggan pulang ke Indonesia karena terlalu sakit baginya..

“Cukup disini saja, mencari berkah untuk keluarga dikampung sana. Memperbaiki diri agar menjadi orang yang pantas untuk dicintai” itulah kalimat yang Arman ucapkan, sederhana namun memiliki arti yang mendalam.

Siang itu ketika Arman sedang mengawasi anak buahnya di perusahaan tempatnya bekerja Arman menerima telpon dari keluarga di Indonesia bahwa ibunya sedang sakit keras, keesokan harinya Arman putuskan untuk pulang ke Indonesia demi sang ibu tercinta. Dalam perjalanan Arman tampak begitu cemas karena takut tidak bisa bertemu ibu sematawayangnya. Akhirnya Arman tiba di kampung halamannya disambut isak tangis oleh keluarga sehingga membuat Arman bertanya2 “jangan jangaaaan ibu.....,.” Arman langsung berlari menuju ibunya.. “Ibuuuu..... ibu baik2 saja kan?!” ternyata ibunya tampak sehat meski terlihat sudah begitu tua dan lelah.

“katanya ibu sakit?” tanya Arman sambil menangis dipelukan ibunya.

“Tidak nak, ibu baik2 saja. Ibu merindukanmu nak, hanya dengan cara seperti ini ibu bisa membuatmu pulang ke Indonesia, uang dan apa saja yang kamu kirim selama ini tidak mampu menghapus rasa rindu ibu... ibu tau seberapa besar kecewamu pada wanita yang kau cintai itu, ibu tau seberapa besar cintamu pada wanita pujaanmu itu, ibu sering mengintipmu ketika menulis surat untuk wanita yang kamu puja itu.. Anakku, apa kamu masih memelihara rasa sayangmu pada wanita itu?”

“Ibu, maafkan anakmu... aku juga merindukan ibu, maafkan aku ibu.. a a aku masih menyimpan rasa itu untuk Ardaku tapi untuk apa lagi dia sudah menjadi istri orang”

“Anakku... Tuhan selalu menghargai rasa cintamu, Ardamu belum menjadi milik siapa2 kini dia masih menunggumu. Pemuda yang melamarnya waktu itu telah meninggal dunia  overdosis karena narkoba. Jadi, Ardamu masih utuh dan masih menunggumu”.

Arman jadi tercengang mendengar berita itu,,.. “Yang benar bu?”

“Iya nak.. ibu tidak bohong, Arda dari tadi memperhatikanmu.. dia ada dibelakangmu”

Arman menoleh kebelakang, dan ternyata benar ada Arda yang dari tadi memperhatikannya. Arda menangis haru dan bangga pada Armannya. Arda sengaja diminta datang oleh ibunya Arman.

“Maafkan aku sayang... aku tlah menghancurkan perasaanmu, semua itu bukan kehendakku aku tidak bisa menolak pinangan itu karena tak mau mengecewakan ayah dan ibuku. Bukan hanya kamu yang merasakan sakit itu tapi aku merasakan hal yang sama. Tapi akhirnya Tuhan berkata lain semua terjadi seperti apa yang ibumu katakan tadi, dia meninggal overdosis dalam pesta narkoba bersama teman2nya”. lalu Arda memeluk Arman erat2 seakan tak mau dia lepas lagi. Suasana menjadi semakin  haru melihat keduanya bertemu dan saling melepas rindu, ada yang meneteskan air mata menyaksikan kejadian itu.

Akhirnya waktu yang ditunggu2 telah tiba, mereka menikah di kampung halamannya. Acara yang begitu sakral dengan dipenuhi ribuan undangan dari berbagai daerah, sanak saudara, teman sekolah dari SD, SMP, SMA, teman perantauan dari berbagai kota bahkan sahabat2 kuliah dari Eropa sana ada yang datang juga. sungguh suasana yang meriah dengan peluncuran sebuah buku tentang perjalanan cinta yang ditulis oleh Arman di bantu oleh rekan2nnya, buku yang memberikan inspirasi dan motivasi bagi siapa saja yang membacanya. Setiap tamu undangan diberikan satu2 secara gartis sehingga acara pernikahan itu masuk tipi bak selebritis. Sebuah mobil mewah impian Araman terparkir ditengah2 para tamu undangan sebagai hadiah pernikahan dari Arman untuk sang istri tercinta.
Acara pernikahan usai mereka mulai menyusun rencana untuk mengarungi lautan cinta dalam rumah tangga. Arman dan isterinya memutuskan untuk honey moon di tanah suci mengajak serta ibunda serta mertuanya.
Siapa yang tak bahagia coba?

Bicara soal cinta tak akan ada habisnya , setelah menikah bukan berarti tidak ada masalah lagi soal cinta malah lebih berat lagi. seberat2nya cinta anak muda tidak seberat cintanya orang yang sudah menikah. Cintanya anak muda kalau sudah bosan bisa saja mencari alasan dan akhirnya minta putus lalu cari pacar lagi, kalau cintanya orang yang sudah menikah akan sangat berbeda karena kita dituntut untuk mencintai istri/suami setiap hari setiap saat yang tentunya semakin hari semakin gendut semakin hari semakin keriput  tidak boleh ada kata bosan karena tidak mudah untuk memutuskan sebuah tali pernikahan.

Setelah menikah Arman dan sang istri tercinta memutuskan untuk tinggal di Eropa karena Arman tidak bisa meninggalkan pekerjaanya. Tentu itu merupakan hal yang berat bagi kedua keluarga untuk melepas mereka. Namun keputusan Arman yang  ambisius dan sedikit keras kepala membuat keluarga tidak bisa berbuat apa2 yang penting mereka bahagia disana.

Setiba disana ternyata Arman sudah menyiapakan sebuah rumah sederhana namun bagaikan istana karena dihiasi cinta dengan background warna kesukaan istrinya. Suatu malam istrinya mengajak Arman menulis hal2 yang tidak disukai diantara mereka agar hubungannya tidak ada masalah kedepannya, tentu saja Arman menyetujuinya dan malam itu mereka tidur dikamar yang terpisah agar tidak saling mengintip apa yang mereka tulis. Keesokan paginya sehabis sarapan sebelum berangkat kerja Arman menanyakan apa yang di tulis oleh istrinya lalu istrinya mulai membacakan apa yang tidak dia sukai dari suaminya.....

Arman meneteskan air mata mendengar apa yang istrinya bacakan tentang hal dan sifatnya yang tidak disukai istrinya

“Ayah kenapa menangis sayang? Apakah bunda harus berhenti membaca ini?” tanya istrinya

“Tidak apa2 sayang, teruskan saja sampai selesai” jawab Arman..

“nah bunda sudah selesai membacanya, sekarang giliran ayah” Kata istrinya
Arman hanya diam ternyata dia tidak menuliskan apa2 tentang istrinya.
 
“Tulisan ayah mana?” Tanya istrinya.
Smbil memeluk istrinya Arman berkata “Sayang, ayah tidak menuliskan apa2 tentang bunda. Tidak ada sifat bunda yang tidak ayah sukai, ayah mencintai bunda secara apa adanya tanpa harus meminta bunda untuk menjadi orang lain. Ayah bangga dengan apapun yang ada pada bunda.”

Arda menangis sedih, bangga serta malu nendengar apa yang suaminya ucapakan. Menyadari selama ini dia belum mencintai suaminya secara apa adanya dan kini dia tau betapa mulianya hati sang suami. Lalu mereka menjadi keluarga besar yang bahagia dan menjadi ispirasi banyak keluarga lain di Eropa sana termasuk di Indonesia melalui buku2nya.

Ya.. itulah perjalanan cinta yang begitu mengharukan dan sangat pantas sekali untuk dijadikan inspirasi dan motivasi, cerita ini hanya cerita piktif yang saya tulis sambil bermimpi berharap bisa menjadi sosok lelaki seperti dalam cerita ini juga berharap kekasihku saat ini bisa menjadi seperti sosok Arda dalam kisah ini. Setiap cerita yang saya tulis berawal dari kisah nyata di masa lalu yang pedih dan berakir pada khayalan2 sehingga terbentuklah kisah ini. Saran dan masukan sangat saya harapkan untuk membuat kisah2 selanjutnya.

Salam Penulis
Rahman Yasir



0 komentar: