Buku Ishihara |
Akhir-akhir ini saya lebih tertarik untuk posting tentang sepenggal perjalanan hidup saya, setelah memposting Pengalaman Pengurus Paspor. kali ini saya posting tentang Buta Warna Parsial Yang Menjadi Batu Sandungan Ku.
Buta warna merupakan sebuah keadaan dimana seseorang tidak
dapat mengenali warna secara total (Akromatisme), ataupun sebagian
(Diakromatisme). Buta warna total merupakan sebuah keadaan dimana seseorang
tidak dapat mengenali warna sama sekali (semua warna dilihat sebagai tingkatan
warna hitam, putih, dan abu-abu). Dan buta warna tertentu atau dikenal dengan
istilah buta warna parsial (ketidak mampuan untuk membedakan warna-warna merah
dan hijau). Secara garis besar penderita buta warna parsial tidak dapat diketahui
tanpa pemeriksaan khusus melalui test warna (ishihara test), karena dalam
kehidupannya sehari-hari penderita buta warna ini umumnya tidak mengalami
masalah dalam mengenali warna. Namun hal ini akan berbeda ketia orang tersebut
dihadapkan dengan buku test warna.
Dalam hal ini saya termasuk penderita Buta Warna Parsial
(saya sulit membedakan warna merah-hijau dan hijau-kuning). Buta Warna Parsial
tidak bisa disembuhkan kecuali terapi, itupun jarang sekali berhasil. Menurut
beberapa artikel yang saya baca, penderita Buta Warna Parsial kebanyakan
laki-laki. Penyebab Buta Warna Parsial sebagian besar faktor keturunan (gen). Seperti
yang sudah disebutkan diatas, saya tidak merasa ada gangguan atau kesilitan
dalam kehidupan sehari-hari. Kecuali dihadapkan dengan
Buku Ishihara (buku
khusus untuk tes buta warna).
Saya baru mengetahui kalau saya menderita Buta Warna Parsial
ketika saya mengikuti tes kerja di PT. Sumber Cipta Multiniaga (distributor
resmi produk Rokok Djarum) cabang Jambi. Waktu itu saya mengirim lamaran
melalui Kantor Pos dari Kota Lubuklinggau (Sumsel) ke Kota Jambi, seminggu
kemudian saya ditelpon dari kantor Djarum untuk mengikuti Test Psikologi. Bersama
7 orang teman yang masing-masing berasal dari Kota Curup (Bengkulu) 2 orang,
Kota Kepahiang (Bengkulu) 2 Orang, dan 4 orang dari Kota Lubuklinggau (Sumsel).
Dari Lubuklinggau ke Jambi membutukan waktu kurang lebih 7 jam perjalanan.
Setiba di sana kami langsung minta diantarkan ke Hotel untuk nginap, di Hotel
Mandamin yang terletak di daerah Thehok Jambi itulah tempat kami nginap. Memilih
hotel itu karena dekat dengan Kampus Stikom Jambi.
Jam 7 pagi kami sudah keluar dari Hotel untuk mencari
sarapan, selesai sarapan langsung berjalan ke Kampus Stikom. Kampus itu masih
sangat sepi, hati saya sedikit tenang karena kemungkinan pesertanya tidak
terlalu banyak. Ketika tes Psikologi akan segera dimulai. Alamaaaaak...! banyak sekali pesertanya waktu itu ada kurang lebih
250 peserta tes yang berasal dari berbagai kota, ada yang lulusan SMA/SMK, D3
dan S1. Otomatis saya langsung Ciut, “Wah... bakalan tersingkir nih, sedangkan
saya hanya lulusan SMK!”. Fikir saya dalam hati.
Test Psikologi dimulai, tahap demi tahap telah dilalui. Akhirnya
jam 2 siang tes berakhir, untuk melihat hasil tes, besok pagi kami harus datang
langsung ke Kantor Djarum (Saya lupa nama daerah tempat Kantor itu).
“Oke deh, pokoknya besok lulus gak lulus kita datang dengan
pakaian yang rapi, siapa tau lulus langsung interview”.
Saya berkata sama teman-teman.
Banyak teman yang sudah down
karena tidak percaya mereka akan lulus, tapi saya bujuk untuk datang kesana. Pagi
itu, bersama teman kami menyewa 1 angkot untuk mengantarkan kami ke kantor
Djarum. Sampai disana, peserta sudah berkumpul di depan pos security. Ada yang
langsung pulang, ada yang masih menunggu, wajah senang, sedih, kesal. semuanya
terlihat disana. Dengan langkah yang tergesa-gesa saya menerobos kerumunan
orang untuk mengambil posisi didepan, saya masih ingat nomor peserta saya yaitu
56. Mata mulai menelusuri kertas putih yang tertempel di kaca pos security itu.
Di urutan ke 13 saya menemukan nama saya Rahman
Yasir dengan tanggal lahir dan nomor peserta yang sesuai. Saya lanjut
menelusuri sampai angka terakhir, hanya ada 24 peserta yang lulus tes Psikologi
itu dan hanya ada 1 peserta S1 yang lulus. Senang sekali rasanya, Perjuangan saya
tidak sia-sia. Dari 7 orang teman saya yang lulus hanya 5 orang termasuk saya.
Lanjut ke interview bersama Bu Serenia psikolog lulusan dari
Universitas Indonesia. Saya lebih tenang dalam babak interview ini, karena
disinilah saya bisa menjual diri
saya. Interview berjalan lancar saya sangat yakin kalau saya akan lulus di
tahap ini. Interview selesai hasil interview akan diumumkan 2 minggu lagi, kami
dipersilahkan untuk pulang ke daerah asal.
Kira-kira 10 hari setelah interview, teman telpon saya
mengabarkan kalau dia lulus tahap interview. Hati saya jadi tak karuan, karena
saya belum ditelpon. Dan sore harinya Alhamdulillah
saya juga ditelpon. Dari 24 peserta ternyata hanya ada 8 orang peserta yang
dinyatakan lulus tahap interview. Saya, 3 orang teman dari Curup dan Kepahiang
dan 4 orang dari Jambi. Kami datang ke Jambi lagi untuk tes interview ke dua. Alhasil
saya dan 7 orang lainnya semuanya lulus lanjut ke tes MCU (Medikal Check Up). Tanpa
ada rasa khawatir dalam tes ini, karena saya merasa tidak ada penyakit yang
berat, kecuali Maag dan sering Migran.
Ruang Tunggu Prodia Cab. Jambi |
Datang ke Prodia cabang Jambi. Disitulah kami tes kesehatan,
saya nomor urut ke 2 untuk tes itu. Mulai dari ngisi data, cek darah, cek
urine, cek kotoran, masuk ruang radiologi untuk cek paru-paru, cek jantung, cek
plus minus mata, dan terakhir tes buta warna. Saya dihadapkan dengan buku
Ishihara, diminta menybutkan angka-angka yang ada dalam bunderan yang terdiri dari bebrapa kombinasi warna
itu. Halaman pertama dengan jelas saya melihat angka 12, di halaman-halaman
selanjutnya saya tidak bisa melihat apa-apa , hanya ada warna yang tidak
beraturan yang saya lihat. Mata saya berkunang-kunang, nafas saya sesak, dan
keringat dingin mulai bermunculan di balik baju. Akhirnya dokter itu angkat
bicara.
“Dek, kamu mengalami Buta Warna Parsial.”
Dunia terasa mau kiamat, badan saya terasa kecil sekali,
dinginnya AC tidak saya rasakan lagi, hati saya rasa dicabik-cabik, air mata
tak terasa mengalir dikedua pelipis saya. Terdiam seribu bahasa.
Dalam hati
saya berkata “Ya Allah, haruskan aku terhenti sampai disni? Apakah Engkau tidak
mengizinkan aku untuk bekerja di Perusahaan itu. Semua aku serahkan pada Mu,
yang aku pinta ‘Beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini’. Mak, sepertinya
aku akan gagal. Keinginanku tertunda lagi”.
Melihat saya terdiam dokter itu seakan mengerti perasaan saya
dan dia mulai berbicara lagi.
“Dek, ini karunia
Tuhan. Kalau kamu gagal, tolong jangan berhenti sampai disini. Kamu masih
muda, perjalanan masih panjang. Saya tidak berani bantu kamu, karena kalau
ada apa-apa saya yang akan di proses.”
“Iya bu, gak apa-apa. Mungkin ini bukan jalan ku.” Jawab saya
dengan nada yang berat.
“Saya lihat data kamu lulusan SMK, emang gak dites waktu mau
masuk SMK? Biasanyakan ada tes butawarna untuk anak SMK”
“Gak ada bu, hanya ada tes tertulis aja”
“Nanti saya rekomendasikan ke keperusahaan, mungkin Buta
Warna Parsial bisa diterima diperusahaan itu. Tapi tergantung perusahaannya mau
terima atau tidak, kamu tunggu aja hasilnya”
“Iya bu, terimaksaih atas bantuannya”. Jawab saya agak
sedikit lebih tenang.
Saya keluar dari ruangan itu dengan wajah yang semeraut kusut
lesu dan pucat. Memutuskan untuk langsung pulang ke Lubuklinggau juga bersama 2
orang teman saya. Seminggu telah berlalu, pagi itu teman telpon saya
mengabarkan bahwa dia lulus. Hati saya kembali berkecamuk, saya telpon ke nomor
kantor Djarum itu. Ternyata saya memang TIDAK LULUS KARENA BUTA WARNA PARSIAL.
“Ya sudah ini bukan jalan ku. Mungkin Tuhan tidak mau aku
bekerja sebagai pendistributor rokok. Dan mungkin Tuhan tidak mau aku bekerja
dengan gaji 5 juta per bulan itu.” Ucap saya untuk menghibur diri.
Itulah bagian dari cerita perjalanan hidup ku di bulan Maret
2013 lalu. Tenyata dibalik mata sipit
ini tersimpan Buta Warna Parsial. Dan
itu menutup akses ku untuk terjun ke dunia teknik dan dunia kerja di
perusahaan. Mungkin, Tuhan menginginkan aku untuk mandiri membangun usaha
sendiri.
Thank’s buat sobat blog www.yasirnoman.blogspot.com yang
udah baca cerita ini, semoga ada hal baik yang bisa diambil dari kisah
kegagalan ini.
Salam Penulis
Rahman Yasir
7 komentar:
assalamualaikum mas rahman :)
tulisannya menginspirasi..
teman dekat saya juga mengalami hal serupa dengan mas rahman..bahkan walaupun dia tau kalau dia bw parsial tetep aja nekat daftar di perusahaan, dan selalu gagal pada medical check up.. :)
semangat yaa buat mas rahman..
Waalaikumsallam...
Makasih ya udah baca tulisan2 aku,, smoga bermanfaat...
terima kasih atas inspirasi yang abang berikan..
Saya tidak akan menyerah...
Karena saya juga mengalami buta warna parsial, sebelum saya tw saya sempat mengikuti ujian masuk PTN USU..
Saya masuk di jurusan fisika..
Tapi karena buta warna parsial saya di pindahkan ke jurusan statistik...
Hati saya merasa sangat terpukul..
Tpi karena cerita abang saya menjadi semangat kembali...
Terima kasih ya baNg
Supaya terjalin keakraban sesama buta warna parsial.. Saya minta nama fb abang...
Klw tidak add aja di
Payan hariandi lumbanraja..
Atau
payanandi@gmail.com
Dear Mas Rahman
pepatah bilang bahwa, ketika pintu tertutup maka tuhan akan membuka pintu dan jendela lain, jangan menyerah dan terus lah berusaha, saya skarang bekerja di bawah PT SCM juga, namun sebeum itu sempat loncat loncat diberbagai perusahaan, semoga segera bertemu jodoh yang tepat :)
Berbagi informasi tentang buta warna dan bagaimana mencari solusinya
menginsfirasi, pasangan saya juga mengalaminya. semoga dia pun menemukan solusi seperti abang. aamiin..
terimakasih menginsfirasi sekali. pasangan saya juga mengalaminya. dia pun lulusan SMK, semoga dia pun cepat menemukan solusi seperti anda. aamiin.
kalian berbeda kalian special.
Posting Komentar