Selasa, 13 Agustus 2013

Menjemput Mimpi di Pulau Industri (Kisah Perjalanan)


Www.yasirnoman.blogspot.com
Minggu 12 Mei 2013 lalu aku tiba di Bandara Hang Nadim Batam, hari itu adalah hari pertamaku menapakkan kaki di Pulau Industri ini. Senyum kecil terpancar dari wajahku, “ Alhamdulillah pesawat landing dengan selamat”. Ucapku dalam hati. Bersama seorang sahabat dari kampung halaman, namun tujuan kami berbeda, kami berpisah di Bandara itu. Aku ingin tetap mencari peruntungan di pulau Industri ini dengan berbekal selembar ijazah terakhir SMK dan beberapa lembar sertifikat keterampilan Komputer, Bahasa Inggris, Montir dan beberapa sertifikat lainnya. Sedangkan sahabatku akan melanjutkan perjalanannya ke Negeri Jiran melalui agen. Namun kurang dari sebulan kami di Batam, dia bermasalah dengan agen-nya. tak tau jelas alasannya, ahkirnya dia pulang kekampung halaman.
Aku masih ingin tetap bertahan di kota ini. Aku tak mau pulang, prinsipku  Daripada derita kubawa pulang, lebih baik rantau ku perpanjang. Itulah sepenggal kalimat yang selalu menjadi acuan. Memilih ke Batam karena
disini “Katanya” mudah mencari pekerjaan, ternyata tak semudah yang aku bayangkan kawan. Hampir sebulan, kurang lebih 15 lamaran yang aku kirimkan belum ada satupun yang nelpon.
“Ya Allah, apa yang salah dari ku. Kenapa begitu sulit aku mendapatkan pekerjaan yang layak. Aku sudah move on dari keterpurukanku gagal di Kota Jambi karena Buta Warna Parsial ini, aku sudah gagal mendapatkan Visa untuk ke Jerman Januari lalu. Teka-teki macam apa lagi yang harus aku isi?”
Aku sempat mengeluh. Ada rasa merajuk pada Tuhan waktu itu, aku merasa seakan-akan di diskriminasi. Namun dua hari setelah ratapan itu aku di telpon dari perusahaan jasa khusus penerima tenaga kerja. Aku diminta datang ke kantor itu untuk tes Psikologi. Aku berhasil melewati tes ini, lanjut ke interview. Lagi-lagi aku lulus, terakhir tes MCU (Medkal Check Up).
“Yasamaaaaaan... aku gagal lagi karena Buta Warna Parsial ini. Aku harus bagaimana Tuhan??? Apakah aku harus pulang ke kampung halaman dan tinggal dibawah kelek Ibuku yang janda tua itu??? Bagaiman aku bisa membantunya? Dengan cara apaaaaaa? Apakah aku harus menggeluti profesi turun temurun itu, yang setiap pagi pergi ke hutan membawa pahat untuk menyadap pohon berdarah putih itu ??”
Aku tak mampu menahan tangisku. Emosiku memberontak dipinggir jalan yang berdebu di siang itu. Aku pulang ke kos-kosan dengan membawa sejuta kekesalan. Aku merasa menjadi manusia yang paling tidak berguna.
Aku stress saat itu, malam jum’at teman mengajakku ke sebuah bangunan yang berbentuk persis seperti kapal terdampar yang terletak ditengah kota. Iya, Pasific Palace namanya. Masyarakat Batam pasti tau tempat itu, adalah tempat clubbing terbesar di Kota Batam. Tepat jam 11 malam kami mulai memasuki bangunan unik itu, ternyata malam Jum’at disebut ladies night karena malam itu pengunjungnya hampir rata-rata cewe. Berbagai macam cewe yg aku temui ada kupu-kupu malam, ada TG alias tante girang, homo, lesbian dan berbagai macam aku tak mau menyebutnya satu persatu. Jam menunjukkan pukul 1 dinihari. Wanitanya temanku sudah datang, kami disodorkan bir, rokok dan tak lupa permen karet. Malam semakin panas, aku mulai terpancing suasana. Sexy dance yang hanya menggunakan pakaian dalam sudah mulai menari diatas stage. TG itu mengelurakan sesuatu dari dalam tasnya, ternyata itu adalah extasi.
“Ya Tuhan, apakah aku harus rusak seperti ini. Mak, sepertinya aku tersesat, maafkan segala kesalahanku agar Tuhan memberi perlindungannya. Aku tak mau mencoba barang itu” aku menolak dalam hati.
Mereka melihat kekhawatrianku. Ternyata tak ada yang memberikan barang itu padaku, aku hanya disuruh minum air mineral yang ada didalam botol. Aku minum dan habiskan air dalam botol itu, beberapa menit kemudian aku merasakan begitu tenang, bahagia seperti tak ada beban, tak ada masalah. Tapi kau tetap sadar, akal sehatku dan masih mampu berlogika “Sepertinya aku dalam pengaruh extasi nih”. sejam kemudian wanita itu memasukkan sesuatu kedalam mulutku. Sepertinya itu extasi, aku tak peduli lagi, aku lampiaskan kekesalan serta kegagalan yang telah menumpuk serta membusuk di benakku tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Waktunya pulang.
Ternyata, air didalam botol itu sudah dicampurkan dengan extasi. Mungkin beberapa ratus bahkan ribu syaraf ku putus dan rusak malam itu. “kawan, kau mau membunuhku. bukan menyelesaikan maslaah ku tapi menambah masalah”.
Beberapa hari kemudian aku di undang oleh sepupu jauh ku yang berdomisili di Sagulung Batam untuk mengikuti seminar home schooling di Mercure Hotel. Karena tak ada kegiatan di kos-kosan, aku menyanggupi itu. Tak ku sangka hari itu kembali membuat semangat ku berkobar. Bergabung dengan peserta yang menurutku orang hebat dan cerdas. Dari beberapa pemateri itu ada satu pemateri yang membuat aku terpukau. Winsherly namanya, dia adalah mahasiswi Fakultas Hukum smester 7 Universitas Internasional Batam. Sebelum dia keluar, the master of ceremony membacakan riwayat dan beberapa prestasi yang telah ia gapai. Memenangkan beberapa lomba debat di propinsi dan ibu kota, pemenang karya tulis ilmiah se propinsi dan sebagainya.
“Nona cantik, kau masih begitu muda, seumuran dengan ku. Tapi kau begitu cerdas, dikasih makan apakah kamu? Makan keju tiap hari kah? Mungkin saja. Aku bagaimana mau pintar, sahabatku hanya mie instan, paling keren tumisan kangkung. Halaaaaah.... jauh dari 4 sehat 5 sempurna. Baiklah nona aku harus mendapatkan alamat email mu hari ini”. Ucapku dalam hati.
Selesai acara dengan sedikit gugup aku menanyakan alamat emialnya, Alhamdulillah dengan senang hati dia menuiskan emailnya di buku kecil ku.
“Terima kasih nona, kecantiaknmu sesuai dengan keramahan dan kerendahan hatimu. Semoga masih banyak nona-nona sepertimu diluar sana”
Malam harinya jemariku mulai menari diatas keyboard notebook kecil ini, aku mulai menulis email untuk dikirimkan padanya. “Yes.. Email terkirim, semoga dia membalasnya”
Pukul 11 siang handphone ku berdering membubarkan mimpiku disiang hari itu. Nomor tidak dikenal menelponku, aku langsung duduk berharap itu panggilan dari kantor untuk urusan pekerjaan. Ternyata suara lemput pernah aku kenal itu menyapaku dengan ucapan selamat siang. Ternyata wanita itu adalah Winsherly, dalam email semalam sengaja aku cantumkan nomor hp ku. Kami mulai berbasa-basi. Akhirnya aku menanyakan soal kuliah di UIB itu, aku mau melanjutkan kuliah ku yang sempat terhenti di smester 3 itu. Aku menanyakan segala kemungkinan seperti yang aku tuliskan dalam emailku semalam, dia merespon dengan baik. Lalu menjelsakan.
“Kalo masuk di fakultas Hukum, uang masuknya 12 jutaan, SPP persmester 6 jutaan. Tapi banyak beasiswa lho asal kamu aktif aja.” Jelasnya dengan lembut.
Alamaaaaaak... semahal ituuuu? Mau cari diaman aku uangnya?
“Tapi, kalo memang gak mampu. Kamu bisa kerja dengan kampus trus kamu bebas biaya SPP dan kamu malah mendapatkan uang saku 900 ribu perbulan”. Lanjutnya
Hatiku agak tenang, karena masih ada kemungkinan untuk study disana. Tanya ini tanya itu, setelah semuanya jelas dia matikan telpon dengan ucapan selamat siang dan selamat makan siang.
“Ah... makan siang apa, makan sendal kali..!!! tak ada apa-apa di kosan ini.” Sedikit mengomel keadaan.
Aku mulai memikirnkan kuliah, tekad untuk kerja rasanya sudah hilang. Bagaimana ya caranya aku bisa kuliah lagi?. Di sepertiga malam aku bangun sholat tahajjud untuk meminta kemudahan.
Benar saja, keesokan harinya jam 4 sore aku ditelpon oleh sebuah kantor diminta datang kekantor itu jam 4 sore dihari selanjutnya untuk interview. Mulai sore itu aku mencari alamat kantor itu, karena aku belum hafal jalan apalagi alamat lagian yang ngantar lamaran aku Pak Pos. Beberapa jam aku menelusuri kota yang sibuk ini, bedug magrib berbunyi alamat itu belum juga ditemukan. Aku mulai cemas. Oke lanjut besok aja, pagi-pagi sekali aku mulai mencari alamat itu. Jam 10 pagi alamat itu ditemukan, ternyata tidak jauh dari Batam City Square Mall (Mall BCS) tepatnya di Jalan Bunga Raya Nomor 22 Baloi Centre, adalah sebuah kantor Notaris & PPAT yang disitu juga ada  Kantor Pengacara (Law firm) dan ada Kantor Developer. Aku sempat tercengang, namun hati ku benar-benar lega.
Jam 3:30 sore aku already standby there. aku harus menunggu sampai tamu-tamu kantor notaris habis, jam 5 aku dipanggil untuk masuk ke ruangan itu. Dengan sedikit gugup aku melangkah masuk.
“Rahman Yasir ya, keturunan Chinese juga?”
“Bukan pak, asli melayu Palembang.”
“Ooooh...Oh ya, Aku Aryanto Lie.......”
Bla bla bla.....
Suara dazan Isya bersahutan, sedangkan kami masih asyik ngobrol. Itu bukan wawancara lagi, tapi lebih berbicara tentang pendapat, nasehat, dan hal lain yang sangat berguna bagi ku. Berawal dari beliau menanyakan nama Bapak ku dan Pekerjaannya, aku ceritakan Bapak sudah almarhum. Dari situlah pembicaraan itu semakin hanyut dan berlangsung lama. Aku menceritakan perjalanan hidupku sampai ke Kota Batam ini.
“Aku harus menyelamatkan kamu dari dunia kelam seperti yang kamu ceritakan, aku percaya cerita kamu. Aku ikut prihatin dengan keadaan kamu dan keluarga mu. Besok kamu suda mulai kerja dsini.”
Ucapan itu mengalahkan sejuknya untaian puisi terindah yang bernah aku baca, aku tak mampu menahan air mataku, aku beranjak dari kursi empuk itu dan bersujud di lantai sebagai ucapan syukurku pada Tuhan.
“Tuhan, ternyata Engkau masih mencintaiku. Engkau jawab do’a ku, terimakasih Ya Allah.”
Lalu berdiri ku ambil tangan itu kucium sebagai tanda ucapan terimakasih ku. Aku tak tau kata-kata apa yang pantas ku ucapkan untuk berterimakasih pada sosok yang rendah hati itu. Sebelum pulang aku di beri uang 100 ribu untuk ongkos dan uang makan beberapa hari. Aku sempat menolak, tapi dia akan kecewa kalau uang itu tidak aku mabil. Alhamdulillah... uang makanku aman dalam satu minggu itu.
Rabu 26 Juni 2013 hari pertama ku bekerja di kantor itu. Hatiku seperti bumi kemarau yang diguyur hujan, sejuk dan damai. Tanpa ada kendala, walaupun Buta Warna Parsial aku tak merasa kesulitan dalam bekerja.
Sepuluh hari bekerja, aku sangat merindukan suasana interview saat itu. Akhirnya aku memberanikan diri mengirim email ke alamat email pribadinya Pak Aryanto Lie.
Inilah email yang aku kirim waktu itu, aku ambil ini dari arsip laptopku.

Dear
Bpk Aryanto,,
Saya Rahman Pak, mohon maaf sebelumnya, karena tak seharusnya Rahman masuk ke dunia pribadi Bapak. Seharusnya  hubungan kita hanya di kantor saja, Bapak sebagai Leader/Owner dan aku sebagai karyawan.
Tapi disini saya ingin kembali mencurahkan isi hatisaya, kalau di kantor ya urusan kantor . saya menulis dan mengirimkan email ini tak sedikitpun mengurangi rasa hormat saya pada Bapak. Firstly saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Bapak, ini merupakan anugerah terbesar buat saya. saya mau belajar, saya mau lakukan yang terbaik.
Ada hal yang membuat saya merasa sangat bersyukur diberikan kesempatan kerja disini, setelah saya gagal mendapatkan Visa Schengen tuk ke Jerman, saya juga pernah gagal diterima kerja di PT. Sumber Cipta Multiniaga (Djarum).
Waktu itu saya melamar via Pos di Jambi, lulus berkas saya di panggil ke Jambi tuk mengikuti tes psikologi,  ada kurang lebih 250 peserta dari SMA/SMK, D3 dan S1. Hanya ada 24 peserta yang lulus tes psi termasuk saya, lanjut tes interview dgn Bu Serenia utusan Djarum dari UI, tinggal 8 peserta tersisa termasuk saya, lanjut tes HRD Kantor Cabang Jambi semua peserta lulus. Terakhir tes MCU, akhirnya aku gagal karena Buta Warna Parsial, saya sangat kecewa waktu itu dan saya tidak bisa menyalahkan siapa2 karena ini bawaan dari lahir. Inilah batu sandungan terbesar buat saya.
Saya diterima disini sangat bersyukur, saya merasa tidak ada hambatan dalam bekerja, saya masih bisa membedakan warna2 dasar, warna merahnya Cap, hijaunya map,hitamnya tinta, dan putihnya kertas. Saya tau warna2 dasar. Saya sangat menikmati setiap hari saya bekerja, ya memang sekarang saya masih training dan masih dalam loading process.
Saya harus jujur soal ini pada Bapak, lebih baik daripada nantinya Bapak tau sendiri, saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, karena begitu berat beban yang sedang saya pikul., adik saya baru kelas 2MAN masih membutuhkan biaya, ongkos, uang kos, uang makan dan keperluan lain yg tak terduga.
Dulu saya pernah berjaya punya penghasilan yang lumayan, pagi sampai siang saya kuliah, siang sampai sore saya mengajar kursus, malam sampai menjelang subuh saya sopir mobil sayur dari Curup (Bengkulu) ke pasar sayur yang ada di Kota aku Lubuklinggau (Sumsel). Setelah itu saya baru bisa istirahat, kadang kuliah sering kesiangan.
Ambisi yang merusak saya, ketika bertemu Johannes bule dari Jerman membuat saya jadi berubah fikiran, akhirnya saya tinggalkan pekerjaan saya satu per satu karena sibuk ngurusin Paspor di Muara Enim (Sumsel) dan selanjutnya ke Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Syarat sudah lengkap tapi Visa saya tidak keluar, alasanya saya masih terlalu muda.
I’m a little boy who have the big dreams.. Kami dari keluarga miskin, Alm bapak tak tamat SD, bgitupun Si Emak, tapi mreka tak buta huruf, Kk tertua juga tak tamat SD, Abang Tak tamat SMP, saya ingin ada salah satu dari kami Mengenyam pendidikan tinggi, berfoto memakai toga bersama keluarga. Itu mimpi saya,saya masih ingin kuliah, saya bisa nabung. saya sanggup kuliah sambil bekerja.
Masa SMK saya setahun tinggal di Masjid, pulang sekolah saya kerja di tempat cuci steam, dua tahun selanjutnya saya tinggal dirumah orang tua angkat, saya juga pernah bekerja sebagai pemanen Jamur Merang milik tetangga, kalau ada acara ulang tahun anak2 saya kadang jadi badut. Saya mau lakukan ini semua karena saya mau merubah hidup,  saya ingin hidup yg lebih baik, dan saya sangat khawatir tentang masa depan saya., mau jadi apa saya nanti. Bisakah saya jadi orang kaya?
Bapak, maafkan saya jikasalah salah.. saya sekedar ingin mencurahkan isi hati saya. dengan tidak mengurangi  rasa hormat saya,saya menganggap Bapak bukan hanya Pimpinan atau Bos, saya merasa lebih dekat sebagai orang tuasaya sendiri..saya butuh bimbingan.
Hormat Saya
Rahman yasir

Itulah sepucuk surat yang aku kirimkan malam itu. Esok harinya aku merasa takut, takut beliau marah karena langcang sekali mengirim email ke alamat email pribadinya.
Sebelum pulang aku dipanggil. “Rahman...!”. aku diminta masuk ke ruangan beliau. “Alamaaaak,,, matti aku!!!” dengan gemetar aku masuk ruangan itu dan duduk. Beliau mulai berbicara, mengatakan bahwa telah membaca email aku.
“Aku merasa tersanjung membaca email kamu, dari awal kantor ini buka dari tahun 2006 lalu sudah banyak karyawan keluar masuk kantor ini. Tak ada satupun yang seperti kamu, okelah kalo kerja urusan kerja, tapi kalo diluar mereka cuek saja aku juga manusia. Oke aku mau bantu kamu, aku mau bantu mewujudkan cita-cita kamu kuliah Hukum, kalau kamu jadi Pengacara kan aku juga yang ikut senang. Kamu masih muda Rahman, belum ada kata terlambat. Mahasiswa aku waktu aku ngajar di UIB dulu banyak yang sudah berumur 40, 50, 55 tahun. Mereka enjoy aja”.
Kira-kira seperti itulah kata-kata yang keluar dari mulut yang bijak itu. Aku kembali terdiam dengan mata yang berbinar. Terjadilah percakapan panjang sampai adzan magrib kembali saling bersahutan. Aku pamit pulang.
Badan aku terasa ringan tanpa beban dengan membawa segudang harapan. mimpi aku untuk melanjutkan kuliah akan segera terwujud. Aku kembali mengingat kata-kata beliau tadi, berarti dia adalah mantan dosen fakultas Hukum UIB. Dengan berlari kecil serasa mau segera sampai di kos melihat dagftar nama dosen fakultas hukum UIB di internet. Sedikit memakan waktu untuk mencarinya, karena situs resmi kampus itu hanya ada dalam bahasa inggris.
Mata aku terbelalak melihat daftar nama dosen fakultas Hukum kampus itu. Tenyata ada empat orang dosen hukum yang ada didalam kantor tempat aku bekerja itu, satu dari mereka itu adalah dekan fakultas hukum. Ya Allah, ini kemudahan jalan bagiku. Aku kirim sms dengan Winsherly mengabarkan bahwa aku telah bekerja di kantor Notaris dan menanyakan nama-nama dosen yang ada di kantor tempat aku bekerja itu, tentu saja dia kenal karena itu adalah dosennya.
“Ya Allah, mungkinkah ini jalan ku yang engkau beri. Aku yakin semua ini bukanlah sebuah kebetulan, tapi ini rencana indah Mu. Dan engkau akan berikan kemudahan setelah kesulitan yang kami tempuh. Ya Allah, semoga kebaikan selalu berpihak kepadaku. Jika aku menemui kesulitan, aku tidak minta untuk mempermudah kesulitan itu, tapi beri aku kekuatan untuk menghadapinya.”
Sobat pembaca setia blog www.yasirnoman.blogspot.com mohon dengan sangat bantuan do’a kalian semua. Semoga tahun depan aku bisa melanjutkan kuliah Hukum, aku telah mulai menyisikan uang untuk kuliahku tahun depan. Aku adalah anak kampung yang udik tapi mempunyai mimpi-mimpi besar aku ingin merubah hidupku dan keluargaku dari keterpurukan, kebodohan dan kemiskinan. Aku mencintai mereka, terutama Mak. Aku ingin melihat wajahnya tersenyum lepas bahagia tanpa beban. Aku meneteskan air mata saat sedang menulis sepenggal perjalanan ku selama 3 bulan di Kota Batam ini, Hari ini senin 12 Agustus 2013 adalah hari ke 3 bulan aku berada di Kota ini. Aku berbahagia karena mampu melewati masa 3 bulan pertama ini, karena katanya “jika 3 bulan pertama mampu bertahan di Kota Batam, Insya Allah akan menemukan kesuksesan”. BATAM sering diartikan Bila Anda Tabah Anda Menang dan Bila Anda Tiba Anda Menyesal.
Ini bukan cerita piktif, ini kisah perjalanan penulis tanpa ada rekayasa, tanpa mendramatiskan kehidupan. Aku berharap, semoga tulisan ini ada manfaatnya. Tolong jangan diambil yang buruknya karena itu akan menjadi dosa bagiku, yang baiknya dengan senga hati aku persilahkan bagi siapapun yang ingin mengambilnya. Nantikan kisah selanjutnya tentang perjalanan ku mengurus Visa di Kedutaan Republik Federal Jerman.
Wassalam......
Salam Penulis
Rahman yasir


2 komentar:

Anonim mengatakan...

aiy dak lemak nian kak dipanggil jando tuo itu,

Rahman Yasir mengatakan...

Itu hanya bahasa penulisan dek.,., hehehe
makasih ya udah baca cerpen ini