Kamis, 08 Agustus 2013

CINTA & Sepasang Tangan yang Keriput


www.yasirnoman.blogspot.com
           Waktu itu, di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin II  sebuah Bandara kebanggaan masyarakat Palembang, Sumatera Selatan. Satu jam sebelum Chek in saya sudah duduk menunggu di depan Bandara (saya tidak tau tempat apa itu namanya.... hehehehe...) saya noleh ke kiri ada sepasang pemuda yang kelihatannya agak cemberut karena sepertinya ada salah satu dari mereka yang akan pergi jauh entah mau kemana.
Di sudut lain, sepasang kakek nenek duduk diam di bangku. Keduanya tidak berkata-kata. Didalam hati saya terlintas, rupanya kalau orang sudah tua itu sulit berkomunikasi dengan mesra lagi. Jujur saja, senyum saya saat itu sebenarnya menertawakan  keduanya.
Sambil memperbaiki koper, mata saya kembali mengarah ke pasangan tua itu. Saya diam sejenak, membiarkan tatapan ini hinggap lebih lama disana. Kedua orang itu saling beradu pandang, lalu saling tersenyum.
Sampai disini, tidak ada yang nampak aneh dan pandangan saya kembali beredar menyapu Bandara, kecuali setelah bola mata saya kembali menuju ke dua orang tua ini. Bola mata saya menangkap bagian bawah kursi, rupanya dari tadi tangan keduanya tidak pernah lepas satu sama lain. Ooouw.....!!, ternyata mereka tidak “Diam”. Genggaman kedua tangan keriput yang lemah inilah bahasa keduanya, rayuan-rayuan mesranya, serta irama cinta dan kasih sayangnya.
Benar juga ungkapan bahwa cerita yang paling romantis itu sebenarnya bukan kisah Romeo dan Juliet yang mau mati bersama, tapi cerita kakek dan nenek kita yang sampai tua ingin hidup bersama. Terus terang saja, pemandangan yang saya lihat sore itu tlah membuat gerimis dihati saya, ada rasa haru, salut, dan tertanam cita-cita di hati ingin seperti mereka kelak. Bisa membuktikan kasih sayang kepada orang yang telah saya pilih nanti.
Saya mengalihkan pandangan ke arah langit-langit Bandara. Hati saya jauh menembus cakrawala, mengingat cerita beberapa Sobat yang curhat tentang kerapuhan keluarganya atau orangtunya yang kandas ditengah jalan. Saya ingin mengabadikan peristiwa sore yang syahdu itu, agar semua pasangan melihat, betapa indanya saling merawat cinta hingga tua, sehingga debar-debar kerinduan masih bersisa walau untuk sebuah perpisahan yang singkat.
Tak berapa lama saya beranjak meninggalkan mereka karena harus check in. Sungguh sayang sekali untuk meninggalkan pemandangan indah itu. Sambil menjinjing koper kecil saya masih diam merenung dan menoleh kebelakang, ternyata kakek itu satu tujuan dengan saya yaitu Kota Batam, sempat terjadi perbincangan singat. Kakek itu hanya pergi satu minggu saja untuk menjenguk anaknya yang baru saja naik jabatan di sebuah Perseroan Terbatas yang ada di Kota Industri ini. Menurut saya itu hanyalah perpisahan yang sangat singkat dengan sang nenek. Ini memang hanya tentang sepasang tangan keriput yang berpegangan mesra di pojok Bandara, namun membuat saya sangat terharu.
Semoga sepenggal kisah nyata ini mampu menyampaikan pesan-pesan cinta kepada kita semua, cinta itu indah bila kita mampu merawatnya dengan indah.

Salam Penulis,
Rahman Yasir

0 komentar: