www.yasirnoman.blogspot.com |
Di sudut lain, sepasang
kakek nenek duduk diam di bangku. Keduanya tidak berkata-kata. Didalam hati
saya terlintas, rupanya kalau orang sudah tua itu sulit berkomunikasi dengan
mesra lagi. Jujur saja, senyum saya saat itu sebenarnya menertawakan keduanya.
Sambil memperbaiki koper,
mata saya kembali mengarah ke pasangan tua itu. Saya diam sejenak, membiarkan
tatapan ini hinggap lebih lama disana. Kedua orang itu saling beradu pandang,
lalu saling tersenyum.
Sampai disini, tidak ada
yang nampak aneh dan pandangan saya kembali beredar menyapu Bandara, kecuali
setelah bola mata saya kembali menuju ke dua orang tua ini. Bola mata saya
menangkap bagian bawah kursi, rupanya dari tadi tangan keduanya tidak pernah
lepas satu sama lain. Ooouw.....!!,
ternyata mereka tidak “Diam”. Genggaman kedua tangan keriput yang lemah inilah
bahasa keduanya, rayuan-rayuan mesranya, serta irama cinta dan kasih sayangnya.
Benar juga ungkapan bahwa
cerita yang paling romantis itu sebenarnya bukan kisah Romeo dan Juliet yang
mau mati bersama, tapi cerita kakek dan nenek kita yang sampai tua ingin hidup
bersama. Terus terang saja, pemandangan yang saya lihat sore itu tlah membuat
gerimis dihati saya, ada rasa haru, salut,
dan tertanam cita-cita di hati ingin seperti mereka kelak. Bisa membuktikan
kasih sayang kepada orang yang telah saya pilih nanti.
Saya mengalihkan pandangan
ke arah langit-langit Bandara. Hati saya jauh menembus cakrawala, mengingat
cerita beberapa Sobat yang curhat
tentang kerapuhan keluarganya atau orangtunya yang kandas ditengah jalan. Saya
ingin mengabadikan peristiwa sore yang syahdu itu, agar semua pasangan melihat,
betapa indanya saling merawat cinta hingga tua, sehingga debar-debar kerinduan
masih bersisa walau untuk sebuah perpisahan yang singkat.
Tak berapa lama saya
beranjak meninggalkan mereka karena harus check
in. Sungguh sayang sekali untuk meninggalkan pemandangan indah itu. Sambil menjinjing
koper kecil saya masih diam merenung dan menoleh kebelakang, ternyata kakek itu
satu tujuan dengan saya yaitu Kota Batam, sempat terjadi perbincangan singat. Kakek
itu hanya pergi satu minggu saja untuk menjenguk anaknya yang baru saja naik
jabatan di sebuah Perseroan Terbatas yang ada di Kota Industri ini. Menurut saya
itu hanyalah perpisahan yang sangat singkat dengan sang nenek. Ini memang hanya
tentang sepasang tangan keriput yang berpegangan mesra di pojok Bandara, namun
membuat saya sangat terharu.
Semoga sepenggal kisah
nyata ini mampu menyampaikan pesan-pesan cinta kepada kita semua, cinta itu
indah bila kita mampu merawatnya dengan indah.
Salam
Penulis,
Rahman Yasir
0 komentar:
Posting Komentar