Aku percaya pada mimpi, mimpi
adalah sugesti diri yang jika dipercaya maka mimpi itu akan semakin dekat untuk
menjadi nyata. Sama halnya dengan ramalan-ramalan, jika kita percaya pada
ramalan itu maka kita akan seperti dituntun untuk menuju jalan yang dimaksud
dalam ramalan tentang masa depan itu. Berikut ada beberapa kisah nyata tentang
bukti kekuatan mimpi yang aku alami.
PENGEN PUNYA SEPEDA
Dulu, waktu kecil aku merasa pengen
sekali punya sepeda seperti teman2 ku. Tapi bapakku yang hanya buruh penyadap
karet tidak mampu membelinya, jangankan mau beli sepeda, mau beli pakaian dan
makanan yang layak saja susah. Keinginan ku untuk membeli sepeda itu hanya
sebatas angan yang terus tersimpan didalam benak. Jangankan sampai memiliki
sepeda, bisa naik sepeda saja rasanya sudah senang sekali. Sering aku
melukisakan sepeda di dinding dapur bagian luar rumahku dengan
arang bekas Mak
nanak nasi. Setelah melukis ku pandangi dan aku bayangkan bahwa aku bisa
memakainya dan memilikinya. Hari itu, aku berkesempatan untuk belajar sepeda milik tetanggaku... Ah senang sekali rasanya meskipun dengan jatuh bangun aku yakin aku bisa, dengan gigihnya aku belajar terus dan terus dihari yang sama sampai akhirnya pengayuh sepeda itu patah. Aku sangat ketakutan atas kejadian itu, takut untuk melapor ke pemilik sepeda, takut juga untuk melapor ke orang tua akhirnya aku putuskan untuk bersembunyi di atas pelafon rumah. Itu adalah salah satu cara terbaik fikirku yang waktu itu masih duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Dari atas plafon rumah aku mendengar suara percekcokan yang tidak lain adalah suara orang tua si pemilik sepeda, dia mendatangi Mak dirumah marah2 karena aku telah mematahkan pengayuh sepeda anaknya. Aku mengintip dari atas plafon rumah, Mak hanya diam karena dia tau memang dia yang salah yang tidak mampu membeli sepeda untuk anaknya. Aku merasa sangat bersalah, aku menangis melihat Mak ku dimarah2. Aku tersedu sampai mereka mendengar suara tangisku dan akhirnya mereka tau bahwa aku ada diatas plafon tepat diatas mereka. Aku turun lalu mak memukulku, aku tau sebenarnya mak tak mau memukulku tapi rasa malu yang membuatnya tega memukulku. Aku ikhlas, sungguh aku ikhlas mak memukulku karena memang salahku yang tetap ngeyel saat mak melarangku memakai sepeda yang bukan milikku. Jujur saja, ada dendam didalam hati saat mak ku dimarah2 karena sepeda itu. Aku janji dalam hati suatu hari nanti aku bisa beli sepeda sendiri.
Beberapa tahun telah berlalu tak lagi terlihat anak2 main sepeda seperti dulu ketika aku masih SD sehingga mimpi untuk memiliki sepeda sendiri seakan2 hilang, namun saat aku telah lulus SMK sudah bekerja dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri musim sepeda muncul lagi yaitu trend “Sepeda Pixie”, ah tanpa pikir panjang aku beli Sepeda Pixie itu. Memang barang itu tidak mahal bagi orang2 yang mampu, tapi disini aku mengenalkan kepada pembaca bahwa mimpi itu mempunyai kekuatan. Tulis, lukis, khayalkan dan bayangkan serta bawa ke alam tidurmu. Suatu hari mimpi itu akan terwujud hanya saja mungkin saat mimpi itu terwujud kamu sudah lupa bahwa kamu pernah mengimpikannya.
PENGEN BISA NYETIR MOBIL
Waktu SMP dulu berangkat ke sekolah aku sering numpang mobil
truk angkutan buruh kelapa sawit yang kebetulan satu arah dengan sekolahanku,
aku duduk didepan sebelah sopir supaya tidak kelewat seperti yang sudah2. Iya,
sebelum-sebelumnya aku duduk dibelakang dalam bak jadi sopir sering lupa untuk
berhenti di depan sekolah ku, trus kalo naik turun bak truk itu baju aku selalu
kotor karena terkena tanah bekas sepatu para penumpang yang merupakan buruh
perkebunan kelapa sawit. Semenjak itu aku selalu duduk didepan, agar tidak
ketinggalan truk aku harus bangun pagi2. Nah disinilah awal mula aku terobsesi pengen
bisa nyetir mobil. Setiap hari aku perhaitkan sopir, kaki tangannya sibuk
menghandle pedal dan setir supaya mobil baik jalannya. “Wah enak sekali ya kalo
bisa nyetir mobil, apalagi punya mobil” seperti itulah gumam ku dalam hati.
Padahal kan itu hanya mobil truk bukan mobil sedan mewah. Ah namanya juga kekeinginan.
Aku sering menghayal bisa nyetir mobil, dan aku hafal betul apa2 saja yang
harus dilakukan oleh sopir yang sering aku tumpangi itu.
Sopir truk itu tetanggaku sendiri jadi kalo mobilnya sedang ada masalah aku selalu ringan tangan untuk membantunya apa saja yang bisa aku bantu, kadang waktu libur sekolah aku diajak ke lokasi perkebunan kelapa sawit, aku tidak pernah merasa keberatan saat diminta untuk bantu mencuci truk yang besar itu karena aku merasa berterimakasih tidak diminta ongkos setiap pagi aku berangkat kesekolah. Dan saat yang aku tunggu-tunggu itu tiba juga, di jalan yang lebar dan lurus namun panjang itu aku disuruh nyetir “Biar kamu bisa” kata sopir itu. Waw... senang sekali rasanya jantungku berdegup kencang dan akhirnya bisa karena teoriku telah matang berbulan2 aku memperhatikan. Tapi untuk benar2 bisa tidak cukup dengan sekali dan cuma dilakukan dijalan yang lurus. Okelah... lain kali pasti ada kesempatan. Jujur saja malam harinya aku sampai bermimpi. Aku terus berhayal terus berharap agar diberi kesempatan lagi sehingga akhirnya aku benar2 bisa. Tapi sayang, kesempatan hanya sekali itu saja.
Ketika akhir2 masa SMP aku sering ikut tetangga baruku keliling jual sayur pake mobil, kali ini mobil kecil bak terbuka. Harapku tak banyak, bukan upah dari membantu berjualan tapi mengintai kesempatan untuk belajar nyetir mobil. Aneh kan? Nekat kan? Bodoh kan? ... Iya, memang bagi orang itu hal yang bodoh dan konyol, but it’s my dream. Sore itu, setelah berkeliling beberapa desa dan sayurnya habis semua aku diminta untuk mencuci mobil “Nanti setelah nyuci aku ajarkan nyetir” itulah kutipan kalimat yang sampai hari ini aku ingat. Dengan senang hati aku lakukan itu namun setelah mobil bersih Dia berkata “Besok aja lah ya belajarnya ini sudah sore”. Hmmm... sakit memang, tapi apalah daya anak kecil yang orang tuanya tak punya apa2 ya tentu saja diangap sebalah mata. Sampai hari cerita ini ku tulis pun terasa seperti ada dendam dalam hati ini.
Keinginan untuk bisa nyetir itu semakin menjadi2, lulus SMP aku lanjut ke SMK Jurusan Teknik Mesin, disinilah aku belajar seluk-beluknya mesin dari Setir sampai ke Roda. Setiap hari bergelut dengan mesin, untung saja di bengkel sekolahan ku ada mobil butut untuk praktek. Karena aku disana sebagai ketua jurusan jadi aku bebas kapan saja bisa belajar nyetir dan akhirnya BISA. Ketika Praktek Sistem Ganda (PSG) aku berkespatan bergabung di Tunas Auto Graha (TAG) yang merupakan Showroom & Bengkel resmi mobil2 Toyota... Hmmmm... aku semakin mahir Nyetir baik itu Transmisi Mnual maupun Transmisi Automatic, baik itu mobil besar maupun mobil kecil. Ya... That is dream.
Lulus SMK, lanjut kuliah Sistem Informasi di sebuah Universitas swasta di Kota ku. Jadwal kuliah dari jam 08.00-12.00 WIB , lanjut dari jam 13.00-17.00 WIB aku ngajar kursus Bahasa Inggris (lho kok malah ngajar kursus bahasa Inggris? Nanti akan diceritakan kronologinya di ceita selanjutnya) ,. Nah kadang2 malamnya ikut teman narik mobil sayur dari Kota Curup ke Kota Lubuklinggau, kadang2 sabtu minggu narik travel dari Lubuklinggau-Bengkulu, Lubuklinggau-Jambi, dan Lubuklinggau-Palembang.. kan sudah ada SIM A, boleh dooonk.. J, ya itung2 buat tamabahan lah walaupun kuliah sring terbengkalai, lagian daripada nongkrong di kampus berjam-jam dosen tak datang2 mending narik travel dapet duit. Setelah hasrat ini bisa nyetir mobil telah tepenuhi akhinya bosan juga duduk berjam-jam dibelakang setir. Cukup lah sampai disitu pengalaman nyetir mobilnnya.
Kalo dipikir2 sih tak ada yang menariknya dari kisah diatas, tapi hal yang aku kedepankan dalam cerita ini adalah tentang keseriusan dalam mengejar keingian. Dan aku percaya pada mimpi, semua tlah ku tulis, ku lukis, ku khayal dan ku bawa kealam tidurku serta ku tanam baik2 dalam benakku. And something that I really want already come true, now I’m making other dreams. Mimpi pengen beli mobil sendiri yang belum tercapai, tapi itu sudah ku lukis baik-baik dalam daftar mimpiku. Aku yakin sautu hari nanti mimpi itu akan menjadi nyata.
PENGEN BISA BAHASA INGGRIS
Mendengar kata Bahasa Inggris itu
dulu membuat aku bertanya2,.. “Apa sih Bahasa Inggris itu?”.
Aku mengenal bahasa Inggris waktu kelas 6 SD. Iya, karena baru kelas 6 itulah materi Bahasa Inggris dikenalkan kepada kami, maklum sekolah di kampung yang jauh dari Kota. Waktu itttuuu.. Gurunya cewe cantik orang desa kami juga sih tapi dulu sekolahnya diluar. Namanya Bu Fitri, teman2 se-SD ku yang baca ini pasti masih ingat dengan guru yang satu itu. Nah pertama kali masuk setelah kata “Good morning” bu Fitri langsung nulis “S + V + O + Adj” belum sempat menjelaskan lonceng berbunyi waktunya pulang.. Ketika hari berkutnya bu Fitrinya gak datang2. Sampai akhir kami belajar di SD misteri “S + V + O + Adj” itu tidak terpecahkan. Sampe aku mikir “Ini cara menjumlahkannya gimana ya?”. Sehingga waktu itu aku berfikir Bahasa Inggris itu SULIT.
Aku mengenal bahasa Inggris waktu kelas 6 SD. Iya, karena baru kelas 6 itulah materi Bahasa Inggris dikenalkan kepada kami, maklum sekolah di kampung yang jauh dari Kota. Waktu itttuuu.. Gurunya cewe cantik orang desa kami juga sih tapi dulu sekolahnya diluar. Namanya Bu Fitri, teman2 se-SD ku yang baca ini pasti masih ingat dengan guru yang satu itu. Nah pertama kali masuk setelah kata “Good morning” bu Fitri langsung nulis “S + V + O + Adj” belum sempat menjelaskan lonceng berbunyi waktunya pulang.. Ketika hari berkutnya bu Fitrinya gak datang2. Sampai akhir kami belajar di SD misteri “S + V + O + Adj” itu tidak terpecahkan. Sampe aku mikir “Ini cara menjumlahkannya gimana ya?”. Sehingga waktu itu aku berfikir Bahasa Inggris itu SULIT.
Tibalah waktunya belajar di SMP. Nah... di SMP ini kami sudah ada materi Bahasa Inggris, “hmmm setidaknya misteri S + V + O + Adj ini bisa terpecahkan disini” gumam ku. Guru bahasa inggris kami di SMP ini orang Jawa, jadi logat bahasa inggrisnya agak ke jawa-jawann gitu deh.. But, it’s okay never mind sing penting kulo ngerti. Tapi apa yang didapat? Tentu saja ilmu bahasa inggrisnya tapi setiap mulai ngajar gurunya terlalu banyak mukadimah jadi banyak waktu terbuang percuma. Tapi rasa terima kasih yang sebesar-besarnya tetap ada pada guru ku yang satu ini. Naik kelas 3 SMP ada guru bahasa inggris baru nih yaitu kepala sekolah kami sendiri. Dia cewek, ngomongnya pedas tapi ngajarnya cerdas. Nah ... disinilah keinginan ku untuk bisa berbahasa inggris mulai timbul. Kan gurunya galak, jadi kalo gak bisa ya dimarah abis-abisan deh jadinya. So, untuk tidak dimarah abis-abisan aku harus bisa. Bermodalkan kamus butut yang aku temui di lemari nenek yang entah itu punya siapa. Aku belajar giat, bahkan menghafal kamus (Gila kan?) tapi hasilnya lumayan, minimal aku tak lagi dimarah saat salah ketika disuruh Redaing (membaca).
Dari usaha itu aku mendapatkan apresiasi dari sang guru, mungkin bagi gurunya itu mah bukan apa2, hanya sdikit pujian. Tapi bagi ku itu merupakan modal awal untuk menggapai mimpi bisa ngomong cas cis cus dengan bahasa inggris.
Waktu itu aku pernah berhayal bisa Ngajar Bahasa Inggris, pernah berhayal bisa ngajak bule kerumah, pernah berhayal bisa jadi Translator (penerjemah). Dan bukan cuma sebatas hayalan, tapi aku tulis mimpi itu dalam buku diary ku.
Oke lanjut... Masuk SMK, hari
pertama aku mengikuti upacara pembukaan MOS, seluruh tubuhku merinding kagum saat
mendengar senior ku berpidato dengan berbahasa inggris saat upacara pembukaan
MOS itu, Roganti Sianturi namanya. Iya, aku masih ingat betul, sekarang dia
bekerja di salah satu Pertambangan Emas di Kalimantan sana setelah lulus dari
Universitas Indonesia. “Ya Tuhan... seandainya aku bisa seperti dia”. Semenjak
itu aku selalu mencari kesempatan untuk bisa ngobrol dan bertanya bagaimana dia
bisa berpidato bahasa inggris itu. Aku tanamkan niat aku harus kursus bahasa
inggris aku harus bisa. Aku kirimkan surat dengan mak dikampung menyampaikan
maksud bahwa aku mau kursus bahasa inggris. Tapi sayang, mak tak punya anggaran
untuk itu.
Oh ya, kelas 1 SMK aku tinggal di
“Masjid Al-Zuhro” didepan sekolahku Alhamdulillah gak perlu bayar kos.
Disinilah aku ketemu dengan seorang kakek pengurus Masjid (Sekarang menjadi
Ayah angkatku) dan kami menjadi sangat akrab, sehabis sholat Magrib kami
ngobrol sampe Isya lanjut lagi kadang sampai jam 11 malam. Waktu itu aku hanya menceritakan
keingian ku kursus bahasa inggris dan mimpi2 ku terhadap kemampuan bahasa
inggris itu, dia sangat mendukung atas keinginan itu. Dua minggu kemudian dia
datang lagi dan memberiku uang 100 ribu untuk daftar kursus. Subhanallah, aku
sangat berterima kasih atas pemberian itu. Sore itu juga aku datang ke lembaga
kursus yang telah aku survey sebelumnya dan langung mendaftarkan diri sebagai
peserta didik disana. Waktu itu 50 ribu untuk uang pendaftaran, 25 ribu untuk
uang buku, dan 25 ribu untuk uang SPP bulan pertama. “Wahid’s College”. Ya, itu
nama lembaga kursus yang aku maksud. Selama 2 tahun aku menimba ilmu disana tak
sekalipun aku bolos, gigih, semangat, dan aku lakukan dengan senang hati.
Gurunya asyik, penjelasannya mudah dipahami. Disekolah hampir setiap upacara
bendera hari senin aku menjadi English Speaker kadang aku diminta untuk melatih
adik kelas yang tergabung dalam OSIS.
Alhamdulillah berkat kegigihan ku selama ini aku diberi kepercayaan untuk membimbing Conversation (percakapan) setiap hari minggu di tempatku kursus itu, waktu itu aku masih kelas 3 SMK. Nah setelah selesai Ujian Nasional tinggal menunggu pengumuman kelulusan aku diberi satu orang siswa. Imelda Oktaria anamanya, anak kelas 2 SMP cantik, cerdas, dan tentu saja mudah memahami setiap penjelasanku. Berkat perkembangan pesat siswaku yang semata wayang itu, aku diberi kepercayaan untuk membimbing lebih banyak siswa lagi. Dan hasilnya? Sangat memuaskan. Aku resmi menjadi Guru Bahasa Inggris walaupun waktu itu belum ada bayaran tapi aku lakukan dengan ikhlas, hanya satu tujuanku adalah memperdalam serta memperlancar ilmu bahasa inggrisku.
Setelah beberapa bulan aku mengajar disana aku dipanggil oleh Big Bos pimpinan pusat,,, dan ternyataaaa... saldo ku sudah numpuk disana. Iya, ternyata aku ngajar beberapa bulan lalu itu ada gajinya.. Subhanallaaaaah... bahagia rasanya. Trus dari sekian puluh cabang Wahid’s College yang tersebar diberbagai Kota dan Kabupaten itu ternyata aku dalah guru termuda sepanjang sejarah kursus itu dibangun. Wah..!! gak nyangka J. Satu tahun aku ngajar disana aku diizinkan untuk buka cabang alias buka kursus sendiri.. Wow.. kesempatan emas, aku sewa kos2an dijadikan kelas, ku datangi tukang mebel nempah 3 meja panjang ukuran 2 meter, beli Whiteboard, minjam meja bos yang tak terpakai.. taraaaa.. jadilah satu ruangan kelas, meniti dari awal menyebarkan brosur sampai akhirnya terkumpulah 50 orang siswa yang dibagi menjadi 3 season, waktu itu uang masuk 250 ribu/siswa, rinciannya 100 ribu untuk uang masuk, 30 ribu untuk uang buku, dan 120 ribu untuk SPP 2 bulan pertama Ya.. kalikan saja 50 siswa J. Menjadi kebanggan tersendiri di usia 19 tahun sudah punya usaha sendiri.
Oh ya, tetanggaku yang kontraktor melobby investor dari India yang ingin membuka tambang biji besi diaderahku. Trus aku diajak untuk menjadi tranlatornya, selama 2 jam aku duduk sebagai penerjemah dari English ke Indonesia dari Indonesia ke English. Saat mau pulang aku disodorkan amplop yang tenyata isinya uang 700 ribu. Lumayan 2 jam 700 ribu, emang rejeki tak kemana.
Oke, mimpi untuk bisa bahasa inggris telah tercapai, mimpi ingin jadi guru bahasa inggris telah tercapai, mimpi ingin jadi trlanslator (penerjemah) telah tercapai, now we continue to the next story. Ngajak bule kekampung halaman. Kalo sobat pernah baca cerita “Kisah Perjuangan Mengurus Visa di Kedutaan Jerman” di blog www.yasirnoman.blogspot.com pasti udah tau gimana alur ceitanya, tapi disini aku bakal ceritain sekilas.
Berawal dari ketemu bule dijalan poros Kota Lubuklinggau, waktu itu aku menunggangi sepeda motorku pulang dari kuliah buru-buru mau ngajar kursus. Tapi dijalan aku melihat seorang bule bersepeda yang nampak kebingungan lalu ku sapa dengan bahasa inggris.
“Hello mister, What is your name? and where are going?” Tanyaku.
“Hello, I’m Johannes come from Jermany. I’m looking for Hotel” Jawabnya sambil menyodorkan tangan mengajak bersalaman.
“I’m Rahman. Oke I’ll show you the hotel, Follow me”.
Sepanjang jalan kami bergandengan sambil bertanya satu sama lain dan akhirnya tibalah di sebuah Hotel yang tak jauh dari tempat tinggalku. Aku negosiasi dengan pihak hotel sehingga deal dengan harga termurah, lalu aku pamit tinggalkan si bule itu di hotel karena aku buru2 mau ngajar tapi aku janji akan ke hotel lagi nanti malam. Sesuai janjiku, jam 7 malam aku datang kesana dan kami ngobrol sangat akrab tau satu sama lain lalu aku tawarkan besok malamnya nginap ditempat aku sekalian bantu aku ngajar anak2 didikku. Dengan senang hati dia terima tawaran itu. Senang rasanya bisa ngomong langsung dengan bule. Tenyata apa yang aku pelajari selama ini benar, buktinya bule itu ngerti dengan apa yang aku omong trus aku juga ngerti apa yang dia omong.
Dia penasaran dengan keluraga ku yang sering aku ceritakan padanya lalu dia mengajak ke kampung halamanku. Okke deh... ini mimpiku dari dulu. 1 Jam perjalanan kami tempuh dengan sepeda motorku, akhirnya tiba juga di kampung halaman. “Bule masuk kampung, bule masuk kampung!!!” suara itu terdengar dari mulut anak2 disekitar rumah ku. Suasana rumah jadi rame, maklum dikampung jarang ada bule lewat. Apa sih anehnya? Kan mereka manusia juga. Tapi perbedaan ras dan bahasa yang membuat seolah menjadi aneh. Segitu aja dulu ya ceitanya.. besok2 kita sambung lagi ceritanya J
PENGEN BELI MOTOR SENDIRI
Rasa ingin memiliki sepeda motor
sendiri itu semakin kuat berawal dari rasa tersinggung yang begitu besar. Waktu
itu ada kegiatan sekolah di alun-alun kota jadi teman ku berjanji untuk mengajakku
datang kesana dengan sepeda motornya. Nanti dia akan jemput jadi aku tunggu
dirumah, namun beberapa jam aku menunggu tak ada kabar juga dari teman ku itu,
aku jadi gelisah dan aku coba hubungi dia, mungkin saja dia lupa.
“Halo bro.. gimana jadi gak peginya?” Ku telpon dia.
“Wah maaf bro, aku sudah di alun-alun sama pacarku, sorry ya!” Jawabnya santai.
Ya Tuhan, sakit sekali rasanya padahal beretman sudah lama angat akrab tapi malah dibuat seperti itu. Begitulah resiko kalo kita gak punya, waktu itu masih kelas 2 SMK. Boro2 dibelikan motor, uang kiriman untuk makan aja kadang ada kadang gak. Aku hanya ngelus dada namun dalam hati seperti ada dendam dan tekat yang tertanam. “Aku harus bisa beli motor dengan uang hasil keringat ku sendiri”. Aku khayalkan, aku bayangkan, aku tulis di buku daftar mimpi2 ku, dan ku tempelkan gambar sepeda motor yang ingin aku beli suatu hari nanti. Setiap hari sepulang sekolah aku pelototi gambar itu. Sehingga merangsang otak untuk berfikir positif kedepan mencari jalan agar menghasilkan uang sehingga bisa membeli barang itu.
Dan akhirnya mimpi itu come true, lulus SMK dapat gaji dari ngajar kursus cukup buat beli Motor, Alhamdulillah mimpi ku jadi kenyataan. Bangga bisa beli barang sendiri tanpa harus merengek sama orang tua. Ketika aku pindah Kota, motor yang lama aku tinggalkan di kampung halaman, di kota baru ini aku beli motor lagi.
Sederhana kan ceritanya? Aku rasa semua orang bisa kok nulis cerita seperti itu. Dari kisah2 ini bukan soal apa yang telah aku punya dan bukan juga soal apa yang telah aku gapai karena itu tidak ada apa2nya, tapi soal kuatnya keinginan untuk mewujudkan mimpi2 itu. Cerita diatas hanya mimpi2 kecil yang telah terwujud, masih banyak lagi mimpi2 lain yang belum terwujud. Masih ada segudang mimpi yang ingin aku raih. Ayo bermimpi!!!
Salam Penulis
Rahman Yasir
3 komentar:
Dream makes us alive.
Anyway, what will u say if I told u that those dreams u have written were also my dreams when I was young. And those dreams came true. Keep writing.
Artikel yang bagus ka^^ berkenan untuk visit blog aku? Join site&komen kritikan atau masukan juga boleh banget ka^^ http://wondersofdream.blogspot.com/2015/04/ terimakasih^^
Artikel cerita yang sangat menarik dan inspiratif...
dulu saya punya mimpi dan sekarang jadi punya semangat lagi buat merealisasikan mimpi saya,,, cerita agan selalu diawali dendam ya hahahha,,, tapi dendam yang positif...
Tetaplah menulis cerita yang selalu menginspirasi orang.. cayo
Posting Komentar