Minggu, 30 Maret 2014

SURAT UNTUK SAHABAT YANG HILANG (KISAH NYATA)

Dear sobat,

Lama kita tak jumpa, hingga saat ini aku tak pernah lagi mendengar kabarmu apa lagi melihat batang hidungmu. Dimana kau saat ini? Aku merindukanmu, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu tentang perjalanan hidup ku dan tentang masa kecil kita dulu.

Kau sahabat kecilku yang paling mengerti siapa aku, siapa kita dan siapa keluarga kita. Hal yang membuat kita begitu akrab karena kita ini sama, sama2 anak orang miskin, sama2 ditinggal jauh oleh orang tua, sama2 kurang kasih sayang, dan sama2 kurang uang jajan. Ada hal yang tak terlupakan yang pernah kita lakukan waktu itu “Mencuri jajanan di kantin sekolah”. Kita tau, itu seharusnya tidak boleh dilakukan, itu dosa! Tapiiii, kita tidak tau bagaimana cara mendapatkannya sedangkan uang jajan pun tak ada. Maklum lah waktu itu masih SD, namun hingga saat ini ada rasa bersalah atas apa yang kita perbuat waktu itu. Nenek yang jualannya kita curi waktu itu sudah lama meninggal, kita tidak bisa lagi meminta maaf secara langsung atas perbuatan tidak terpuji itu, tapi anak cucunya masih ada di kampung kita, jika nanti kita pulang kita temui anak cucunya ya.. kita minta maaf dan mohon diikhlaskan atas barang curian yang telah kita makan agar tidak menjadi beban kita untuk melangkah meraih masa depan yang jauh lebih baik dari masa kecil kita dulu.

Sobat, apa kau masih ingat saat kita gagal ikut perkemahan sabtu minggu hanya karena kita tidak punya
kelengkapan atribut pramuka. Kamu tak punya baret sedangkan aku tak punya kaos kakinya, padahal kita paling rajin latihan. Kita sudah berusaha mengumpulkan uang untuk membeli kelengkapan pramuka dengan mengumpulkan kelapa tua untuk dijual, tapi sayang bukan hal yang mudah untuk mengumpulkan uang dengan menjual kelapa tua yang harganya hanya Rp.300,00-Rp.500,00/biji. Ah sudahlah... cukup jadikan kenangan.

Sobat, apakah hidupmu sekarang sudah enak? Jika iya, kenapa kau tak pernah lagi mencari aku? Apa kau sudah melupakan semuanya? Apakah semua kenangan itu terlalu pahit bagimu untuk kau kenang?

Sobat, sekarang aku merantau ke Kota Batam. Sebuah kota yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau, sangat dekat dengan Negara Singapura dan Malaysia. Dulu, kita pernah berangan-angan ingin menapaki kaki di Negara Singapura, dulu kita fikir Singapura itu jauuuuh sekali, ternyata tidak sobat. Jika malam hari dari Batam kita bisa melihat lampu2 gedung di Singapura, ayolah kesini kita telusuri sepanjang kota di negara berlambang Singa itu.

Hampir setahun aku di kota ini mengejar mimpi dan mencari arti dari kehidupan ini. Jalan hidupku terasa begitu pedih, menempuh jalan yang terjal menikung dan sedikit berduri hanya mimpi2 yang membuatku tetap berdiri. Selalu ada hikmah yang ku petik dari setiap peristiwa yang terjadi pada diri ini dan aku bersyukur bahwa Tuhan memperhatikanku dengan cobaan2 yang Dia beri.

Sobat, apa kau masih kecewa padaku karena waktu itu baju putih satu2nya milikmu tersiram oli bekas dari botol yang aku pegang? Waktu itu kita terlalu bersemangat berebut botol bekas diatas tumpukan sampah dibelakang rumah warga, kejadian itu bagaikan bencana besar bagi kita karena itu baju sekolahmu satu2nya dan aku tak bisa menggantinya karena bajuku pun hanya ada satu. Aku tau waktu itu kau begitu kecewa padaku namun kau tak mau marah padaku karena kita sahabat. Seharusnya waktu itu kita pulang kerumah dulu dan ganti baju lalu bawak karung satu satu berangkat memulung. Iya, kita gak boleh sombong, kita ini adalah mantan pemulung. Dengan membawa karung masing2 dari tempat sampah satu ke tempat sampah lainnya kita berebut plastik bekas dan apapun yang ada harganya. Kita tak kenal malu, yang kita tau bisa dapat uang jajan tanpa harus merengek pada orang tua. Dan sampai kinipun aku malu jika harus menadakan tangan meminta kepada orang tua. Kerasnya hidup mengajarkan aku kemandirian, mandiri dalam berfikir, mandiri dalam bertindak dan mandiri dalam keuangan. Sobat, hikmah apa yang kau petik dari perjalanan masa kecil kita itu? Ceritakan padaku.

Sobat, beberapa waktu lalu aku bertemu seorang anak laki2 berumur kira 12 tahun berkulit hitam dan berbadan kurus sedang memilah plastik di tong sampah depan kosanku. Saat melihat anak itu aku membisu, otakku seolah diajak mengingat masa2 beberapa tahun lalu, aku melihat anak itu seakan2 kamu sahabat mulungku waktu kecil dulu. Ah... air mataku mulai menetes saat mengingat itu. Merasa ada kerinduan pada sosok sahabat lama ku akhirnya anak itu aku dekati. Awalnya dia nampak takut, dia kira aku mau marah. Lalu ku tanya namanya dia merespon dengan baik dan terjadilah percakapan, sambil ngobrol ku ajak ke sebuah warung makan, lalu kami makan. Nama anak itu Dani, dia bersama ibunya ngontrak di Rumah Liar (Ruli) di daerah Tanjung Uma, ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dulu ibunya pernah menjadi TKW di Malaysia, Dani tak tau siapa dan dimana bapaknya entah sudah mati, entah sudah diceraikan ibunya, entah majikan ibunya di Malaysia dululah bapaknya.. entahlah! Dani hanya bisa baca tulis, dulu dia pernah sekolah hanya sampai kelas 3 SD, dia masih ingin sekali sekolah dia bercita2 ingin menjadi seorang TNI. “Ya Tuhaaaaan.... Cita-cita anak ini sama dengan cita-cita sahabat kecil ku dulu”.

Dani akhirnya balik bertanya, “kenapa abang mau ajak aku ngobrol dan makan? Apa abang mau suruh aku ngemis dijalan2?” dengan polosnya dia bertanya.

“Nggak kok dek, dulu waktu kecil abang juga mulung kayak kamu, dulu abang punya teman mirip kayak kamu jadi saat melihat kamu abang ingat dengan teman abang itu. Sekarang abang gak tau dimana teman abang itu” jelas ku.

“Ah.. mana ada cina kayak abang ini dulunya mulung (di Batam memang banyak cina, aku yang berkulit agak putih dan mata sedikit sipit dikira Dani cina). Bukannya apa bang, teman2 Dani dulu diajak om om trus mreka disuruh ngemis sama om om itu dan uangnya harus dikasih sama om om itu, mereka hanya dikasih makan aja sama om om itu. Kalo mereka gak ngemis, mereka akan dipukul sama om om itu. Saya tidak mau ngemis bang, capek dikejar2 polisi terus, lebih baik mulung meski setiap hari berkelut dengan busuknya sampah tapi tidak ada rasa was-was”. Jelasnya dengan mimik wajah yang takut.

Selesai makan ku tarik selembar uang dari dompetku ternyata yang keluar lembaran 100 ribu ya sudah berarti uang itu rizki Dani. Dani sangat senang menerima uang itu, hidupku terasa lebih berarti saat aku bisa membantu sesama aku memberi bukan karena aku punya tapi karena aku tau bagaimana rasanya saat aku tak punya.

Begitu pedih kehidupan anak2 jalanan di kota besar ini, orang selalu memandang mereka dengan sebelah mata seolah2 mereka adalah sampah yang mengotori negara. Padahal kita sama, sama2 punya hak untuk hidup dan menempati suatu negara, sama2 punya mimpi besar untuk kehidupan yang lebih layak. Kata2 “Orang miskin dipeliara oleh negara” itu hanya omong kosong dari mulut para bedebah penguasa negeri ini!

Sobat, masih ada banyak cerita yang ingin aku curahkan. Kita akan bercerita 
sepanjang malam jika kita bertemu nanti. Ada banyak cerita lucu, konyol, dan pilu yang ingin aku ceritakan. Sengaja ku tulis surat ini dan ku kirimkan ke blog dan facebook ku agar suatu hari kau bisa membaca surat ini melalui internet. Aku benar2 merindukanmu, merindukan sosok sahabat yang mungkin tidak akan bisa aku temui lagi yang sepertimu. Aku benar2 khilangan mu, tak ada poto kenangan kita waktu kecil, yang ada hanya bekas luka dilututku karena jatuh saat kita dikejar pemilik kebun yang singkongnya kita curi waktu itu. Aku menangis saat melihat dengkul ini ada goresan luka yang menyimpan duka mendalam.

Sahabat Kecilmu
Yasir

0 komentar: