Dear sobat,
Lama kita tak jumpa, hingga saat ini aku tak pernah lagi
mendengar kabarmu apa lagi melihat batang hidungmu. Dimana kau saat ini? Aku
merindukanmu, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu tentang perjalanan
hidup ku dan tentang masa kecil kita dulu.
Kau sahabat kecilku yang paling mengerti siapa aku, siapa
kita dan siapa keluarga kita. Hal yang membuat kita begitu akrab karena kita
ini sama, sama2 anak orang miskin, sama2 ditinggal jauh oleh orang tua, sama2
kurang kasih sayang, dan sama2 kurang uang jajan. Ada hal yang tak terlupakan
yang pernah kita lakukan waktu itu “Mencuri jajanan di kantin sekolah”. Kita
tau, itu seharusnya tidak boleh dilakukan, itu dosa! Tapiiii, kita tidak tau
bagaimana cara mendapatkannya sedangkan uang jajan pun tak ada. Maklum lah
waktu itu masih SD, namun hingga saat ini ada rasa bersalah atas apa yang kita
perbuat waktu itu. Nenek yang jualannya kita curi waktu itu sudah lama
meninggal, kita tidak bisa lagi meminta maaf secara langsung atas perbuatan
tidak terpuji itu, tapi anak cucunya masih ada di kampung kita, jika nanti kita
pulang kita temui anak cucunya ya.. kita minta maaf dan mohon diikhlaskan atas
barang curian yang telah kita makan agar tidak menjadi beban kita untuk
melangkah meraih masa depan yang jauh lebih baik dari masa kecil kita dulu.
Sobat, apa kau masih ingat saat kita gagal ikut perkemahan
sabtu minggu hanya karena kita tidak punya
kelengkapan atribut pramuka. Kamu
tak punya baret sedangkan aku tak punya kaos kakinya, padahal kita paling rajin
latihan. Kita sudah berusaha mengumpulkan uang untuk membeli kelengkapan
pramuka dengan mengumpulkan kelapa tua untuk dijual, tapi sayang bukan hal yang
mudah untuk mengumpulkan uang dengan menjual kelapa tua yang harganya hanya
Rp.300,00-Rp.500,00/biji. Ah sudahlah... cukup jadikan kenangan.
Sobat, apakah hidupmu sekarang sudah enak? Jika iya, kenapa
kau tak pernah lagi mencari aku? Apa kau sudah melupakan semuanya? Apakah semua
kenangan itu terlalu pahit bagimu untuk kau kenang?
Sobat, sekarang aku merantau ke Kota Batam. Sebuah kota yang
terletak di Provinsi Kepulauan Riau, sangat dekat dengan Negara Singapura dan
Malaysia. Dulu, kita pernah berangan-angan ingin menapaki kaki di Negara
Singapura, dulu kita fikir Singapura itu jauuuuh sekali, ternyata tidak sobat.
Jika malam hari dari Batam kita bisa melihat lampu2 gedung di Singapura, ayolah
kesini kita telusuri sepanjang kota di negara berlambang Singa itu.
Hampir setahun aku di kota ini mengejar mimpi dan mencari
arti dari kehidupan ini. Jalan hidupku terasa begitu pedih, menempuh jalan yang
terjal menikung dan sedikit berduri hanya mimpi2 yang membuatku tetap berdiri.
Selalu ada hikmah yang ku petik dari setiap peristiwa yang terjadi pada diri
ini dan aku bersyukur bahwa Tuhan memperhatikanku dengan cobaan2 yang Dia beri.
Sobat, apa kau masih kecewa padaku karena waktu itu baju
putih satu2nya milikmu tersiram oli bekas dari botol yang aku pegang? Waktu itu
kita terlalu bersemangat berebut botol bekas diatas tumpukan sampah dibelakang
rumah warga, kejadian itu bagaikan bencana besar bagi kita karena itu baju
sekolahmu satu2nya dan aku tak bisa menggantinya karena bajuku pun hanya ada
satu. Aku tau waktu itu kau begitu kecewa padaku namun kau tak mau marah padaku
karena kita sahabat. Seharusnya waktu itu kita pulang kerumah dulu dan ganti
baju lalu bawak karung satu satu berangkat memulung. Iya, kita gak boleh
sombong, kita ini adalah mantan pemulung. Dengan membawa karung masing2 dari
tempat sampah satu ke tempat sampah lainnya kita berebut plastik bekas dan
apapun yang ada harganya. Kita tak kenal malu, yang kita tau bisa dapat uang
jajan tanpa harus merengek pada orang tua. Dan sampai kinipun aku malu jika
harus menadakan tangan meminta kepada orang tua. Kerasnya hidup mengajarkan aku
kemandirian, mandiri dalam berfikir, mandiri dalam bertindak dan mandiri dalam
keuangan. Sobat, hikmah apa yang kau petik dari perjalanan masa kecil kita itu?
Ceritakan padaku.
Sobat, beberapa waktu lalu aku bertemu seorang anak laki2
berumur kira 12 tahun berkulit hitam dan berbadan kurus sedang memilah plastik
di tong sampah depan kosanku. Saat melihat anak itu aku membisu, otakku seolah
diajak mengingat masa2 beberapa tahun lalu, aku melihat anak itu seakan2 kamu
sahabat mulungku waktu kecil dulu. Ah... air mataku mulai menetes saat
mengingat itu. Merasa ada kerinduan pada sosok sahabat lama ku akhirnya anak
itu aku dekati. Awalnya dia nampak takut, dia kira aku mau marah. Lalu ku tanya
namanya dia merespon dengan baik dan terjadilah percakapan, sambil ngobrol ku
ajak ke sebuah warung makan, lalu kami makan. Nama anak itu Dani, dia bersama
ibunya ngontrak di Rumah Liar (Ruli) di daerah Tanjung Uma, ibunya bekerja
sebagai pembantu rumah tangga, dulu ibunya pernah menjadi TKW di Malaysia, Dani
tak tau siapa dan dimana bapaknya entah sudah mati, entah sudah diceraikan
ibunya, entah majikan ibunya di Malaysia dululah bapaknya.. entahlah! Dani
hanya bisa baca tulis, dulu dia pernah sekolah hanya sampai kelas 3 SD, dia
masih ingin sekali sekolah dia bercita2 ingin menjadi seorang TNI. “Ya Tuhaaaaan.... Cita-cita anak ini sama
dengan cita-cita sahabat kecil ku dulu”.
Dani akhirnya balik bertanya, “kenapa abang mau ajak aku
ngobrol dan makan? Apa abang mau suruh aku ngemis dijalan2?” dengan polosnya
dia bertanya.
“Nggak kok dek, dulu waktu kecil abang juga mulung kayak
kamu, dulu abang punya teman mirip kayak kamu jadi saat melihat kamu abang
ingat dengan teman abang itu. Sekarang abang gak tau dimana teman abang itu”
jelas ku.
“Ah.. mana ada cina kayak abang ini dulunya mulung (di Batam memang banyak cina, aku yang
berkulit agak putih dan mata sedikit sipit dikira Dani cina). Bukannya apa
bang, teman2 Dani dulu diajak om om trus mreka disuruh ngemis sama om om itu
dan uangnya harus dikasih sama om om itu, mereka hanya dikasih makan aja sama
om om itu. Kalo mereka gak ngemis, mereka akan dipukul sama om om itu. Saya
tidak mau ngemis bang, capek dikejar2 polisi terus, lebih baik mulung meski
setiap hari berkelut dengan busuknya sampah tapi tidak ada rasa was-was”.
Jelasnya dengan mimik wajah yang takut.
Selesai makan ku tarik selembar uang dari dompetku ternyata
yang keluar lembaran 100 ribu ya sudah berarti uang itu rizki Dani. Dani sangat
senang menerima uang itu, hidupku terasa lebih berarti saat aku bisa membantu
sesama aku memberi bukan karena aku punya tapi karena aku tau bagaimana rasanya
saat aku tak punya.
Begitu pedih kehidupan anak2 jalanan di kota besar ini, orang
selalu memandang mereka dengan sebelah mata seolah2 mereka adalah sampah yang
mengotori negara. Padahal kita sama, sama2 punya hak untuk hidup dan menempati
suatu negara, sama2 punya mimpi besar untuk kehidupan yang lebih layak. Kata2 “Orang
miskin dipeliara oleh negara” itu hanya omong kosong dari mulut para bedebah
penguasa negeri ini!
Sobat, masih ada banyak cerita yang ingin aku curahkan. Kita akan
bercerita
sepanjang malam jika kita bertemu nanti. Ada banyak cerita lucu,
konyol, dan pilu yang ingin aku ceritakan. Sengaja ku tulis surat ini dan ku
kirimkan ke blog dan facebook ku agar suatu hari kau bisa membaca surat ini
melalui internet. Aku benar2 merindukanmu, merindukan sosok sahabat yang
mungkin tidak akan bisa aku temui lagi yang sepertimu. Aku benar2 khilangan mu,
tak ada poto kenangan kita waktu kecil, yang ada hanya bekas luka dilututku
karena jatuh saat kita dikejar pemilik kebun yang singkongnya kita curi waktu
itu. Aku menangis saat melihat dengkul ini ada goresan luka yang menyimpan duka
mendalam.
Sahabat Kecilmu
Yasir
0 komentar:
Posting Komentar