Www.yasirnoman.blogspot.com |
Aku masih ingin tetap bertahan di kota ini. Aku tak mau
pulang, prinsipku Daripada derita kubawa pulang, lebih baik rantau ku perpanjang. Itulah
sepenggal kalimat yang selalu menjadi acuan. Memilih ke Batam karena
disini “Katanya” mudah mencari pekerjaan, ternyata tak semudah yang aku bayangkan kawan. Hampir sebulan, kurang lebih 15 lamaran yang aku kirimkan belum ada satupun yang nelpon.
disini “Katanya” mudah mencari pekerjaan, ternyata tak semudah yang aku bayangkan kawan. Hampir sebulan, kurang lebih 15 lamaran yang aku kirimkan belum ada satupun yang nelpon.
“Ya Allah, apa yang salah dari ku. Kenapa begitu sulit aku
mendapatkan pekerjaan yang layak. Aku sudah move
on dari keterpurukanku gagal di Kota Jambi karena Buta Warna Parsial ini,
aku sudah gagal mendapatkan Visa untuk
ke Jerman Januari lalu. Teka-teki macam apa lagi yang harus aku isi?”
Aku sempat mengeluh. Ada rasa merajuk pada Tuhan waktu itu, aku merasa seakan-akan di
diskriminasi. Namun dua hari setelah ratapan itu aku di telpon dari perusahaan
jasa khusus penerima tenaga kerja. Aku diminta datang ke kantor itu untuk tes
Psikologi. Aku berhasil melewati tes ini, lanjut ke interview. Lagi-lagi aku
lulus, terakhir tes MCU (Medkal Check Up).
“Yasamaaaaaan... aku gagal lagi karena Buta Warna Parsial
ini. Aku harus bagaimana Tuhan??? Apakah aku harus pulang ke kampung halaman
dan tinggal dibawah kelek Ibuku yang
janda tua itu??? Bagaiman aku bisa membantunya? Dengan cara apaaaaaa? Apakah
aku harus menggeluti profesi turun temurun itu, yang setiap pagi pergi ke hutan
membawa pahat untuk menyadap pohon
berdarah putih itu ??”
Aku tak mampu menahan tangisku. Emosiku memberontak dipinggir
jalan yang berdebu di siang itu. Aku pulang ke kos-kosan dengan membawa sejuta
kekesalan. Aku merasa menjadi manusia yang paling tidak berguna.
Aku stress saat itu, malam jum’at teman mengajakku ke sebuah
bangunan yang berbentuk persis seperti kapal terdampar yang terletak ditengah
kota. Iya, Pasific Palace namanya. Masyarakat
Batam pasti tau tempat itu, adalah tempat clubbing
terbesar di Kota Batam. Tepat jam 11 malam kami mulai memasuki bangunan unik
itu, ternyata malam Jum’at disebut ladies
night karena malam itu pengunjungnya hampir rata-rata cewe. Berbagai macam
cewe yg aku temui ada kupu-kupu malam,
ada TG alias tante girang, homo, lesbian
dan berbagai macam aku tak mau menyebutnya satu persatu. Jam menunjukkan pukul
1 dinihari. Wanitanya temanku sudah
datang, kami disodorkan bir, rokok dan tak lupa permen karet. Malam semakin
panas, aku mulai terpancing suasana. Sexy
dance yang hanya menggunakan pakaian dalam sudah mulai menari diatas stage.
TG itu mengelurakan sesuatu dari dalam tasnya, ternyata itu adalah extasi.
“Ya Tuhan, apakah aku harus rusak seperti ini. Mak,
sepertinya aku tersesat, maafkan segala kesalahanku agar Tuhan memberi
perlindungannya. Aku tak mau mencoba barang itu” aku menolak dalam hati.
Mereka melihat kekhawatrianku. Ternyata tak ada yang
memberikan barang itu padaku, aku hanya disuruh minum air mineral yang ada
didalam botol. Aku minum dan habiskan air dalam botol itu, beberapa menit
kemudian aku merasakan begitu tenang, bahagia seperti tak ada beban, tak ada
masalah. Tapi kau tetap sadar, akal sehatku dan masih mampu berlogika “Sepertinya
aku dalam pengaruh extasi nih”. sejam kemudian wanita itu memasukkan sesuatu
kedalam mulutku. Sepertinya itu extasi,
aku tak peduli lagi, aku lampiaskan kekesalan serta kegagalan yang telah
menumpuk serta membusuk di benakku tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul
6 pagi. Waktunya pulang.
Ternyata, air didalam botol itu sudah dicampurkan dengan extasi. Mungkin beberapa ratus bahkan
ribu syaraf ku putus dan rusak malam itu. “kawan, kau mau membunuhku. bukan
menyelesaikan maslaah ku tapi menambah masalah”.
Beberapa hari kemudian aku di undang oleh sepupu jauh ku yang
berdomisili di Sagulung Batam untuk mengikuti seminar home schooling di Mercure Hotel. Karena tak ada kegiatan di
kos-kosan, aku menyanggupi itu. Tak ku sangka hari itu kembali membuat semangat
ku berkobar. Bergabung dengan peserta yang menurutku orang hebat dan cerdas. Dari
beberapa pemateri itu ada satu pemateri yang membuat aku terpukau. Winsherly
namanya, dia adalah mahasiswi Fakultas Hukum smester 7 Universitas
Internasional Batam. Sebelum dia keluar, the
master of ceremony membacakan riwayat dan beberapa prestasi yang telah ia
gapai. Memenangkan beberapa lomba debat di propinsi dan ibu kota, pemenang
karya tulis ilmiah se propinsi dan sebagainya.
“Nona cantik, kau masih begitu muda, seumuran dengan ku. Tapi
kau begitu cerdas, dikasih makan apakah kamu? Makan keju tiap hari kah? Mungkin
saja. Aku bagaimana mau pintar, sahabatku hanya mie instan, paling keren
tumisan kangkung. Halaaaaah.... jauh dari 4 sehat 5 sempurna. Baiklah nona aku
harus mendapatkan alamat email mu hari ini”. Ucapku dalam hati.
Selesai acara dengan sedikit gugup aku menanyakan alamat
emialnya, Alhamdulillah dengan senang
hati dia menuiskan emailnya di buku kecil ku.
“Terima kasih nona, kecantiaknmu sesuai dengan keramahan dan
kerendahan hatimu. Semoga masih banyak nona-nona sepertimu diluar sana”
Malam harinya jemariku mulai menari diatas keyboard notebook
kecil ini, aku mulai menulis email untuk dikirimkan padanya. “Yes.. Email
terkirim, semoga dia membalasnya”
Pukul 11 siang handphone ku berdering membubarkan mimpiku
disiang hari itu. Nomor tidak dikenal menelponku, aku langsung duduk berharap
itu panggilan dari kantor untuk urusan pekerjaan. Ternyata suara lemput pernah
aku kenal itu menyapaku dengan ucapan selamat siang. Ternyata wanita itu adalah
Winsherly, dalam email semalam sengaja aku cantumkan nomor hp ku. Kami mulai
berbasa-basi. Akhirnya aku menanyakan soal kuliah di UIB itu, aku mau
melanjutkan kuliah ku yang sempat terhenti di smester 3 itu. Aku menanyakan
segala kemungkinan seperti yang aku tuliskan dalam emailku semalam, dia
merespon dengan baik. Lalu menjelsakan.
“Kalo masuk di fakultas Hukum, uang masuknya 12 jutaan, SPP
persmester 6 jutaan. Tapi banyak beasiswa lho asal kamu aktif aja.” Jelasnya
dengan lembut.
Alamaaaaaak... semahal ituuuu? Mau cari diaman aku
uangnya?
“Tapi, kalo memang gak mampu. Kamu bisa kerja dengan kampus
trus kamu bebas biaya SPP dan kamu malah mendapatkan uang saku 900 ribu
perbulan”. Lanjutnya
Hatiku agak tenang, karena masih ada kemungkinan untuk study
disana. Tanya ini tanya itu, setelah semuanya jelas dia matikan telpon dengan ucapan
selamat siang dan selamat makan siang.
“Ah... makan siang apa, makan sendal kali..!!! tak ada
apa-apa di kosan ini.” Sedikit mengomel keadaan.
Aku mulai memikirnkan kuliah, tekad untuk kerja rasanya sudah
hilang. Bagaimana ya caranya aku bisa kuliah lagi?. Di sepertiga malam aku
bangun sholat tahajjud untuk meminta kemudahan.
Benar saja, keesokan harinya jam 4 sore aku ditelpon oleh
sebuah kantor diminta datang kekantor itu jam 4 sore dihari selanjutnya untuk
interview. Mulai sore itu aku mencari alamat kantor itu, karena aku belum hafal
jalan apalagi alamat lagian yang ngantar lamaran aku Pak Pos. Beberapa jam aku
menelusuri kota yang sibuk ini, bedug magrib berbunyi alamat itu belum juga
ditemukan. Aku mulai cemas. Oke lanjut besok aja, pagi-pagi sekali aku mulai mencari
alamat itu. Jam 10 pagi alamat itu ditemukan, ternyata tidak jauh dari Batam
City Square Mall (Mall BCS) tepatnya di Jalan Bunga Raya Nomor 22 Baloi Centre,
adalah sebuah kantor Notaris & PPAT yang disitu juga ada Kantor Pengacara (Law firm) dan ada Kantor
Developer. Aku sempat tercengang, namun hati ku benar-benar lega.
Jam 3:30 sore aku already
standby there. aku harus menunggu sampai tamu-tamu kantor notaris habis,
jam 5 aku dipanggil untuk masuk ke ruangan itu. Dengan sedikit gugup aku
melangkah masuk.
“Rahman Yasir ya, keturunan Chinese juga?”
“Bukan pak, asli melayu Palembang.”
“Ooooh...Oh ya, Aku Aryanto Lie.......”
Bla bla bla.....
Suara dazan Isya
bersahutan, sedangkan kami masih asyik ngobrol. Itu bukan wawancara lagi, tapi
lebih berbicara tentang pendapat, nasehat, dan hal lain yang sangat berguna
bagi ku. Berawal dari beliau menanyakan nama Bapak ku dan Pekerjaannya, aku
ceritakan Bapak sudah almarhum. Dari situlah pembicaraan itu semakin hanyut dan
berlangsung lama. Aku menceritakan perjalanan hidupku sampai ke Kota Batam ini.
“Aku harus menyelamatkan kamu dari dunia kelam seperti yang
kamu ceritakan, aku percaya cerita kamu. Aku ikut prihatin dengan keadaan kamu
dan keluarga mu. Besok kamu suda mulai kerja dsini.”
Ucapan itu mengalahkan sejuknya untaian puisi terindah yang
bernah aku baca, aku tak mampu menahan air mataku, aku beranjak dari kursi
empuk itu dan bersujud di lantai sebagai ucapan syukurku pada Tuhan.
“Tuhan, ternyata Engkau masih mencintaiku. Engkau jawab do’a
ku, terimakasih Ya Allah.”
Lalu berdiri ku ambil tangan itu kucium sebagai tanda ucapan
terimakasih ku. Aku tak tau kata-kata apa yang pantas ku ucapkan untuk
berterimakasih pada sosok yang rendah hati itu. Sebelum pulang aku di beri uang
100 ribu untuk ongkos dan uang makan beberapa hari. Aku sempat menolak, tapi
dia akan kecewa kalau uang itu tidak aku mabil. Alhamdulillah... uang makanku aman dalam satu minggu itu.
Rabu 26 Juni 2013 hari pertama ku bekerja di kantor itu.
Hatiku seperti bumi kemarau yang diguyur hujan, sejuk dan damai. Tanpa ada
kendala, walaupun Buta Warna Parsial aku tak merasa kesulitan dalam bekerja.
Sepuluh hari bekerja, aku sangat merindukan suasana interview saat itu. Akhirnya aku
memberanikan diri mengirim email ke alamat email pribadinya Pak Aryanto Lie.
Inilah email yang aku kirim waktu itu, aku ambil ini dari
arsip laptopku.
Dear
Bpk Aryanto,,
Saya Rahman Pak, mohon maaf sebelumnya, karena tak seharusnya Rahman masuk ke dunia pribadi Bapak. Seharusnya hubungan kita hanya di kantor saja, Bapak sebagai Leader/Owner dan aku sebagai karyawan.
Saya Rahman Pak, mohon maaf sebelumnya, karena tak seharusnya Rahman masuk ke dunia pribadi Bapak. Seharusnya hubungan kita hanya di kantor saja, Bapak sebagai Leader/Owner dan aku sebagai karyawan.
Tapi disini saya ingin kembali mencurahkan
isi hatisaya, kalau di kantor ya urusan kantor . saya menulis dan mengirimkan
email ini tak sedikitpun mengurangi rasa hormat saya pada Bapak. Firstly saya
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Bapak, ini merupakan
anugerah terbesar buat saya. saya mau belajar, saya mau lakukan yang terbaik.
Ada hal yang membuat saya merasa sangat bersyukur diberikan kesempatan kerja disini, setelah saya gagal mendapatkan Visa Schengen tuk ke Jerman, saya juga pernah gagal diterima kerja di PT. Sumber Cipta Multiniaga (Djarum).
Ada hal yang membuat saya merasa sangat bersyukur diberikan kesempatan kerja disini, setelah saya gagal mendapatkan Visa Schengen tuk ke Jerman, saya juga pernah gagal diterima kerja di PT. Sumber Cipta Multiniaga (Djarum).
Waktu itu saya melamar via Pos di Jambi,
lulus berkas saya di panggil ke Jambi tuk mengikuti tes psikologi, ada kurang lebih 250 peserta dari SMA/SMK, D3
dan S1. Hanya ada 24 peserta yang lulus tes psi termasuk saya, lanjut tes
interview dgn Bu Serenia utusan Djarum dari UI, tinggal 8 peserta tersisa
termasuk saya, lanjut tes HRD Kantor Cabang Jambi semua peserta lulus. Terakhir
tes MCU, akhirnya aku gagal karena Buta Warna Parsial, saya sangat kecewa waktu
itu dan saya tidak bisa menyalahkan siapa2 karena ini bawaan dari lahir. Inilah
batu sandungan terbesar buat saya.
Saya diterima disini sangat bersyukur, saya
merasa tidak ada hambatan dalam bekerja, saya masih bisa membedakan warna2
dasar, warna merahnya Cap, hijaunya map,hitamnya tinta, dan putihnya kertas. Saya
tau warna2 dasar. Saya sangat menikmati setiap hari saya bekerja, ya memang
sekarang saya masih training dan masih dalam loading process.
Saya harus jujur soal ini pada Bapak, lebih
baik daripada nantinya Bapak tau sendiri, saya sangat membutuhkan pekerjaan
ini, karena begitu berat beban yang sedang saya pikul., adik saya baru kelas 2MAN masih membutuhkan biaya, ongkos, uang kos, uang makan dan keperluan lain yg
tak terduga.
Dulu saya pernah berjaya punya penghasilan
yang lumayan, pagi sampai siang saya kuliah, siang sampai sore saya mengajar
kursus, malam sampai menjelang subuh saya sopir mobil sayur dari Curup
(Bengkulu) ke pasar sayur yang ada di Kota aku Lubuklinggau (Sumsel). Setelah
itu saya baru bisa istirahat, kadang kuliah sering kesiangan.
Ambisi yang merusak saya, ketika bertemu
Johannes bule dari Jerman membuat saya jadi berubah fikiran, akhirnya saya
tinggalkan pekerjaan saya satu per satu karena sibuk ngurusin Paspor di Muara
Enim (Sumsel) dan selanjutnya ke Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di
Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Syarat sudah lengkap tapi Visa saya tidak keluar,
alasanya saya masih terlalu muda.
I’m a little boy who have the big dreams..
Kami dari keluarga miskin, Alm bapak tak tamat SD, bgitupun Si Emak, tapi mreka
tak buta huruf, Kk tertua juga tak tamat SD, Abang Tak tamat SMP, saya ingin
ada salah satu dari kami Mengenyam pendidikan tinggi, berfoto memakai toga
bersama keluarga. Itu mimpi saya,saya masih ingin kuliah, saya bisa nabung. saya
sanggup kuliah sambil bekerja.
Masa SMK saya setahun tinggal di Masjid,
pulang sekolah saya kerja di tempat cuci steam, dua tahun selanjutnya saya tinggal
dirumah orang tua angkat, saya juga pernah bekerja sebagai pemanen Jamur Merang
milik tetangga, kalau ada acara ulang tahun anak2 saya kadang jadi badut. Saya
mau lakukan ini semua karena saya mau merubah hidup, saya ingin hidup yg lebih baik, dan saya
sangat khawatir tentang masa depan saya., mau jadi apa saya nanti. Bisakah saya
jadi orang kaya?
Bapak, maafkan saya jikasalah salah.. saya
sekedar ingin mencurahkan isi hati saya. dengan tidak mengurangi rasa hormat saya,saya menganggap Bapak bukan
hanya Pimpinan atau Bos, saya merasa lebih dekat sebagai orang tuasaya sendiri..saya
butuh bimbingan.
Hormat
Saya
Rahman yasir
Itulah sepucuk surat yang aku kirimkan malam itu. Esok harinya
aku merasa takut, takut beliau marah karena langcang sekali mengirim email ke
alamat email pribadinya.
Sebelum pulang aku dipanggil. “Rahman...!”. aku diminta masuk
ke ruangan beliau. “Alamaaaak,,, matti
aku!!!” dengan gemetar aku masuk ruangan itu dan duduk. Beliau mulai
berbicara, mengatakan bahwa telah membaca email aku.
“Aku merasa tersanjung membaca email kamu, dari awal kantor
ini buka dari tahun 2006 lalu sudah banyak karyawan keluar masuk kantor ini. Tak
ada satupun yang seperti kamu, okelah kalo kerja urusan kerja, tapi kalo diluar
mereka cuek saja aku juga manusia. Oke aku mau bantu kamu, aku mau bantu
mewujudkan cita-cita kamu kuliah Hukum, kalau kamu jadi Pengacara kan aku juga
yang ikut senang. Kamu masih muda Rahman, belum ada kata terlambat. Mahasiswa aku
waktu aku ngajar di UIB dulu banyak yang sudah berumur 40, 50, 55 tahun. Mereka
enjoy aja”.
Kira-kira seperti itulah kata-kata yang keluar dari mulut
yang bijak itu. Aku kembali terdiam dengan mata yang berbinar. Terjadilah percakapan
panjang sampai adzan magrib kembali saling bersahutan. Aku pamit pulang.
Badan aku terasa ringan tanpa beban dengan membawa segudang
harapan. mimpi aku untuk melanjutkan kuliah akan segera terwujud. Aku kembali
mengingat kata-kata beliau tadi, berarti dia adalah mantan dosen fakultas Hukum
UIB. Dengan berlari kecil serasa mau segera sampai di kos melihat dagftar nama
dosen fakultas hukum UIB di internet. Sedikit memakan waktu untuk mencarinya,
karena situs resmi kampus itu hanya ada dalam bahasa inggris.
Mata aku terbelalak melihat daftar nama dosen fakultas Hukum
kampus itu. Tenyata ada empat orang dosen hukum yang ada didalam kantor tempat aku
bekerja itu, satu dari mereka itu adalah dekan
fakultas hukum. Ya Allah, ini kemudahan jalan bagiku. Aku kirim sms dengan
Winsherly mengabarkan bahwa aku telah bekerja di kantor Notaris dan menanyakan
nama-nama dosen yang ada di kantor tempat aku bekerja itu, tentu saja dia kenal
karena itu adalah dosennya.
“Ya Allah, mungkinkah ini jalan ku yang engkau beri. Aku yakin
semua ini bukanlah sebuah kebetulan, tapi ini rencana indah Mu. Dan engkau akan
berikan kemudahan setelah kesulitan yang kami tempuh. Ya Allah, semoga kebaikan
selalu berpihak kepadaku. Jika aku menemui kesulitan, aku tidak minta untuk
mempermudah kesulitan itu, tapi beri aku kekuatan untuk menghadapinya.”
Sobat pembaca setia blog www.yasirnoman.blogspot.com mohon
dengan sangat bantuan do’a kalian semua. Semoga tahun depan aku bisa
melanjutkan kuliah Hukum, aku telah mulai menyisikan uang untuk kuliahku tahun
depan. Aku adalah anak kampung yang udik tapi mempunyai mimpi-mimpi besar aku
ingin merubah hidupku dan keluargaku dari keterpurukan, kebodohan dan
kemiskinan. Aku mencintai mereka, terutama Mak. Aku ingin melihat wajahnya
tersenyum lepas bahagia tanpa beban. Aku meneteskan air mata saat sedang
menulis sepenggal perjalanan ku selama 3 bulan di Kota Batam ini, Hari ini
senin 12 Agustus 2013 adalah hari ke 3 bulan aku berada di Kota ini. Aku berbahagia
karena mampu melewati masa 3 bulan pertama ini, karena katanya “jika 3 bulan
pertama mampu bertahan di Kota Batam, Insya Allah akan menemukan kesuksesan”.
BATAM sering diartikan Bila Anda Tabah Anda Menang dan Bila Anda Tiba
Anda Menyesal.
Ini bukan cerita piktif, ini kisah perjalanan penulis
tanpa ada rekayasa, tanpa mendramatiskan kehidupan. Aku berharap, semoga
tulisan ini ada manfaatnya. Tolong jangan diambil yang buruknya karena itu akan
menjadi dosa bagiku, yang baiknya dengan senga hati aku persilahkan bagi
siapapun yang ingin mengambilnya. Nantikan kisah selanjutnya tentang perjalanan
ku mengurus Visa di Kedutaan Republik Federal Jerman.
Wassalam......
Salam Penulis
Rahman yasir
2 komentar:
aiy dak lemak nian kak dipanggil jando tuo itu,
Itu hanya bahasa penulisan dek.,., hehehe
makasih ya udah baca cerpen ini
Posting Komentar