Rabu, 14 Agustus 2013

Satpam Itu Mengajarkanku Arti.... (Kisah Inspiratif)



Rindu Kasih Sayang Ibu
Untuk yang kesekian kalinya Pimpinan baru di Perusahaan itu melihat satpamnya meninggalkan pos jaga pada saat jam makan siang. Sudah lama dia ingin menegur atas tingkah laku satpam itu, namun belum ada kesempatan waktu.

“Satpam macam apa itu, seenaknya aja dia meninggalkan pos jaga ini setiap jam makan siang. Apa dia tidak tau kalau dia itu digaji untuk menjaga keamanan kantor ini!”. Kata Pak Hendri (nama pimpinan perusahaan yang baru itu) sambil menjulurkan kepalanya ke dalam pos jaga yang sedang tidak ada satpamnya.

Satpam itu terlihat dungu dan biasa-biasa saja, dia  mengabdi dikantor itu sudah sejak 4 tahun lalu. Waktu itu yang menerimanya bekerja adalah bosnya yang lama, orangnya ramah dan berwibawa. Tapi
sekarang bos lamanya sudah meninggal dunia karena serangan jantung, si satpam merasa sangat kehilangan sosok yang ramah itu, karena mereka sudah kenal akrab  seperti bapak dan anak.

Seperti biasa, jam makan siang pos satpam itu kosong. Pak Hendri kembali naik darah, dia menanyakan alamat rumah satpam dungu itu kepada staffnya. Staff kantor sudah tau maksud bosnya  meminta alamat rumah si satpam, namun mereka tak mau banyak bicara, takut salah.

“Ah.... tak jauh dari sini rupanya alamat si dungu itu, dia pasti pulang kerumah. Jangan-jangan dia tidur dirumah”. Kata Pak Hendri sambil memegang secarik kertas yang berisikan alamat rumah satpamnya itu.
Dia mulai berjalan menelusuri alamat itu. Selang beberapa menit dia menemukan tempat yang dia cari. Sebuah petak segi empat terbuat dari triplek yang berukuran 3x3 meter menempel di belakang gudang kerupuk. Merasa yakin kalau itu adalah tempat tinggal satpamnya, dia berjalan pelan-pelan bermaksud ingin mengintip apa yang sedang satpam itu lakukan. Dari salah satu sisi dinding itu dia menemukan lobang kecil, dia mulai mengintip.

Pak Hendri tercengang melihat satpamnya yang sedang menyuapi seorang Ibu-ibu tua yang duduk diatas kasur kempes itu, seorang ibu-ibu buta yang sudah renta. Dia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa bantuan satpam dungu itu. Hendri merasa sangat bersalah, menyesal, dadanya terasa sesak, badannya terasa lemas, dia tak mampu menahan air mata harunya yang menerjang keluar mengalir dikedua pipinya jatuh membasahi ujung sepatunya yang mengkilat itu.

Subhanallah. Ya Allah... aku telah berburuk sangka pada hambaMu yang berhati mulia itu, aku tak pernah melakukan hal itu pada ibuku. Aku terlalu sombong!! Aku angkuuuuh..!! Aku tak pantas menerima kekayaan yang aku miliki ini !!!”. Jeritnya dari balik dinding itu.
Mendengar suara itu si satpam bergegas keluar, Pak Hendri yang angkuh itu langsung memeluk erat-erat satpam dungu-nya. Meminta maaf atas prasangka buruknya. Satpam itu tampak bingung.

Kini Pak Hendri mengerti alasan kenapa satpamnya selalu meninggalkan pos jaga setiap jam makan siang. Karena harus pulang menyuapi Ibunya. Pak Hendri mendapat banyak pelajaran dari peristiwa itu, menyadarkan dia akan arti kasih sayang dan balas budi kepada orang tua. Mereka menjadi akrab. pagi itu mereka berkesempatan untuk bincang-bincang.

“Pagi Pak...” sapa si satpam.

“Pagi Dik (memanggil adik karena lebih tua dan sudah ada keakraban)... gimana kabar ibumu, sehat?”

“Alhamdulillah Pak, ibu sehat”

“Oh ya, ngomong2 Ayahmu dimana?”

“Ayah sama Ibu sudah lama meninggal sejak saya masih kecil dulu, mereka meninggal karena bencana alam. Saya dibesarkan di panti asuhan sampai saya lulus SMA, setelah lulus saya memutuskan untuk keluar dari panti. Akhirnya saya diterima bekerja disini.”

“Lho ibu yang dirumah kamu itu siapa?”. Tanya Pak Hendri dengan penasaran.
“Itu ibu angkat saya Pak, 4 tahun lalu saya bertemu ibu duduk di halte itu (sambil menunjukkan halte di sebrangan jalan depan posnya) dia kebingungan karena tak tau arah jalan pulang karena buta, keluarganya pun sepertinya tak ada yang mencarinya. Saya memutuskan untuk mengasuhnya karena jujur dari lubuk hati saya yang paling dalam selama saya hidup di panti saya merindukan kasih sayang 
 seorang ibu. Lalu Tuhan titipkan dia pada saya untuk saya rawat dan saya jaga.”

Pak Hendri tertegun dan merinding mendengar ungkapan isi hati pemuda yatim piatu itu. “Ya Tuhan, sungguh engkalu telah mempertemukan aku pada sosok yang tegar ini. selama ini aku tak begitu memperdulikan orang tua ku.”
Akhirnya Hendri memutuskan untuk memberikan sebagian dari hartanya kepada si satpam itu.

“Saya serahkan sebagian dari harta saya untuk kamu, untuk biaya hidupmu bersama ibumu dan nanti untuk anak istrimu. Kamu telah menyadarkan keangkuhanku, apa yang kamu lakukan mengajarkan aku arti dari kasih sayang. Apa yang telah kamu lakukan mengalahkan hebatnya ceramah sang kyai terkenal sekalipun, karena terkadang  mereka hanya bisa menasehati tak mampu melakukan. Subhanallah”

Kini Pimpinan baru yang sombong itu telah berubah menjadi sosok yang ramah dan dermawan. Menghargai apapun profesi orang, mencintai keluarga yang membesarkannya. Semoga cerita inspiratif ini menyadarkan kita untuk tidak berburuk sangka kepada orang lain, mengajarkan kita  tidak pandang bulu dalam mengasihi, ikhlash membantu dan rela berbagi.

Kisah ini terinspirasi dari seorang satpam komplek tempat saya tinggal saat ini. saya sempat ngobrol dengannya, mendengarkan kisahnya. Saya mengagumi sosok satpam itu yang berani meninggalkan pos jaganya untuk mengumandangkan adzan di Masjid tempat kami sholat, sedangkan dikomplek itu mayoritas penduduknya beragama Buddha. Mohon kritik dan saran dari para pembaca www.yasirnoman.blogspot.com .

Salam Penulis
Rahman Yasir

0 komentar: